(Baca juga: Bentuk Menghargai Kaum Disabilitas, Para Perempuan Ini Terinspirasi dan Mengabdi Untuk Disabilitas)
Ide desain sulam sendiri berasal dari jasa abangnya, Aan Ibrahim.
Kala bingung mengembangkan desain, Aan datang menghampiri Rahayu.
“Coba kamu duduk sini. Itu lihat, dedaunan dan bunga itu kan bisa kamu jadikan contoh desain,” kata Rahayu menirukan ucapan Aan Ibrahim saat itu.
(Baca juga: Ajaib, Bayi Laki-Laki Ini Mendadak Hidup Kembali Usai Dinyatakan Meninggal)
Rahayu sendiri memulai usahanya dari sebuah tempat yang sangat sederhana di rumahnya dan menggerakkan perempuan desa yang terpuruk akibat krisis ekonomi.
Rahayu mulai membentuk kelompok kerja di desa asalnya, Pagar Dewa.
Di sana, hampir satu kampung atau sekitar 50 hingga 60 orang ikut membantu menggerakkan usahanya secara gotong-royong, ada yang mengerjakan bedcover, payet, dan tenun tapis.
(Baca juga: Astaga! Seorang Ibu Mandikan Bayi Mirip Orang Mencuci Pakaian, Ini yang Terjadi)
Selain di Pagar Dewa, Rahayu juga membuat kelompok kerja lain di beberapa daerah di Lamung, di antaranya Jatimulyo dan Tanjung Senang.
Rahayu mengaku senang, bisnisnya bisa bermanfaat bagi banyak orang, bukan hanya untuk pembelinya tapi juga menghidupi para karyawannya.
“Saya punya prinsip tiada hari tanpa berkarya. Berusaha untuk membuat sesuatu yang belum dibuat orang lain. Buat saya itu tantangan. Jadi kalau orang lain tidak ada, kita punya, orang pun akand atang pada kita,” tukas Rahayu yang kemudian memilih berhenti jadi PNS agar lebih fokus dengan usahnya.
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR