NOVA.id – Siapa sangka, hobi bisa menjadi harta yang sangat bernilai, seperti yang dialami oleh Siti Rahayu.
Ketika kondisi keuangan Indonesia yang carut-marut pada 1998, Siti Rahayu juga mengalami kondisi yang terpuruk karena ditinggal Andi Supandi, suaminya untuk selama-lamanya.
“Bapak meninggal tahun 1997. Saat itu, anak-anak kami masih kecil. Tentu butuh biaya. Tapi saya tak tinggal diam,” kenang Rahayu saat ditemui NOVA di rumah sekaligus galerinya di Tanjung Senang, Lampung.
(Baca juga: Hindari Kanker Prostat, Ajak Suami Konsumsi 5 Jenis Makanan Berikut)
Profesinya sebagai guru sejak 1978 tak menghentikan niatnya untuk berwirausaha.
Tahun 1998, dirinya mulai menggeluti tapis atau kain tenun khas Lampung, kemudian disusul dengan mencoba terobosan baru, yaitu membuat sulam usus.
Ide tersebut pada awalnya dilontarkan oleh Aan Ibrahim, kakak lelaki yang lebih dulu dikenal sebagai desainer dan kreasi sulam usus di Lampung.
(Baca juga: Jangan Keliru! Ternyata Susu Tanpa Garam Jauh Lebih Sehat Loh, Ini Buktinya)
“Setelah kain tapis, Bang Aan (sapaan Aan Ibrahim) meminta saya berkreasi dengan sulam usus. Pertama kali dibuat, saya deg-degan hasilnya tak bagus. Tapi berkat pertolongan Allah, karya sulam usus pertama saya malah disukai,” cerita Rahayu.
Sulam usus merupakan seni kerajinan menyulam yang cukup dikenal masyarakat Lampung, dan biasanya digunakan sebagai ‘bebe’ atau penutup bagian dada baju perempuan dalam pesta pernikahan.
Di tangan Rahayu, sulam usus dikembangkan menjadi koleksi busana yang menarik.
(Baca juga: Selalu Mengantuk Setelah Makan Siang? Bisa Jadi Karena Konsumsi 5 Jenis Makanan Ini)
Sejak saat itu Rahayu makin giat mengembangkan bisnisnya dengan beragam cara.
Kondisi ekonomi yang sedang lesu dimanfaatkan Rahayu untuk mengajak banyak perempuan di kampungnya untuk bekerjasama dengannya.
Keinginan bangkit dari keterpurukan diakui Rahayu berasal dari didikan ibunya yang berprofesi sebagai penjahit yang terkenal di kampung.
Dia ingat, setiap pulang sekolah dia selalu menyulam.
(Baca juga: Sindrom Metabolik Bisa Membuat Seseorang Terserang Penyakit Lebih Cepat)
“Daripada bermain, saya malah tertarik menyulam. Pokoknya membuat kreasi sulam apa saja,” kenangnya.
Kesenangannya menyulam terus berlanjut, dan telah menjadi keasyikan tersendiri.
“Menyulam itu seperti kita ngobrol saja, saya sangat senang. Kalau sudah menyulam, rasanya happy banget,” kata Rahayu.
(Baca juga: Resmi Bertunangan, Ini Prediksi Gaun Pengantin yang Akan Dikenakan Meghan Markle Tahun Depan)
Kreasi desain dengan sulam usu dan kain tapis yang dihasilkan Rahayu memiliki keunikan tersendiri.
Karya-karyanya didominasi dengan desain bentuk bunga dan dedaunan, dengan warna yang menarik sehingga menghasilkan koleksi yang berbeda dari yang lain.
Kesan eksklusif memang terlihat dari karya yang dihasilkan Rahayu, apalagi sebagian besar memang dibuat berdasarkan dari pesanan.
(Baca juga: Bentuk Menghargai Kaum Disabilitas, Para Perempuan Ini Terinspirasi dan Mengabdi Untuk Disabilitas)
Ide desain sulam sendiri berasal dari jasa abangnya, Aan Ibrahim.
Kala bingung mengembangkan desain, Aan datang menghampiri Rahayu.
“Coba kamu duduk sini. Itu lihat, dedaunan dan bunga itu kan bisa kamu jadikan contoh desain,” kata Rahayu menirukan ucapan Aan Ibrahim saat itu.
(Baca juga: Ajaib, Bayi Laki-Laki Ini Mendadak Hidup Kembali Usai Dinyatakan Meninggal)
Rahayu sendiri memulai usahanya dari sebuah tempat yang sangat sederhana di rumahnya dan menggerakkan perempuan desa yang terpuruk akibat krisis ekonomi.
Rahayu mulai membentuk kelompok kerja di desa asalnya, Pagar Dewa.
Di sana, hampir satu kampung atau sekitar 50 hingga 60 orang ikut membantu menggerakkan usahanya secara gotong-royong, ada yang mengerjakan bedcover, payet, dan tenun tapis.
(Baca juga: Astaga! Seorang Ibu Mandikan Bayi Mirip Orang Mencuci Pakaian, Ini yang Terjadi)
Selain di Pagar Dewa, Rahayu juga membuat kelompok kerja lain di beberapa daerah di Lamung, di antaranya Jatimulyo dan Tanjung Senang.
Rahayu mengaku senang, bisnisnya bisa bermanfaat bagi banyak orang, bukan hanya untuk pembelinya tapi juga menghidupi para karyawannya.
“Saya punya prinsip tiada hari tanpa berkarya. Berusaha untuk membuat sesuatu yang belum dibuat orang lain. Buat saya itu tantangan. Jadi kalau orang lain tidak ada, kita punya, orang pun akand atang pada kita,” tukas Rahayu yang kemudian memilih berhenti jadi PNS agar lebih fokus dengan usahnya.
(Baca juga: Pesinetron Ini Sembuh dari Kanker Tiroid, Begini Cara Pengobatannya)
Memiliki semangat pantang menyerah, Rahayu terus mencari cara agar usahanya tetap berjalan dengan lancar ketika bisnisnya sedang lesu.
Sempat mengalami keterbatasan dana dan perputaran barang di galerinya kurang lancar, produksi tapis dan sulam usus miliknya terus menurun.
“Jadi kadang ada orang yang pesan baju, tapi kami tak punya uang. Jadi tak bisa dibuatkan,” ungkap perempuan yang pernah kuliah S2 Teknologi Pendidikan di UNILA.
(Baca juga: Jangan Khawatir, Flek Hitam Hilang dengan Bahan Alami Ini)
Untung saja, Bank BRI datang dan menawarkan solusi keterbasan dana dengan menawarkan fasilitas pinjaman.
Dia mengakui sempat ragu menerima tawaran dari Bank BRI karena terbayang dengan kerepotan saat mengurusnya.
Pembiayaan yang didapat dari Bank BRI digunakan semaksimal mungkin olehnya.
Dia mulai memborong banyak bahan dari Jakarta seperti benang dan pernak-pernik.
(Baca juga: Bikin Gemes, Para Anak Artis Ini Pakai Baju Kompak dengan Sang Mama)
Hebatnya lagi, Rahayu mengaku tak asal borong, karena dia punya trik sendiri dalam berbelanja bahan.
“Justru bahan jelek yang tak dibeli orang, malah saya beli. Saya cuci dan saya jadikan bahan tapis dengan desain menarik. Tambahkan pernak-pernik, harga jualnya bisa jadi mahal,” ungkapnya.
Dari segi pemasaran, Rahayu juga mengaku cukup rajin mengikuti pameran ke berbagai kota, bahkan ke luar negeri seperti Dubai dan Belanda.
(Baca juga: Sebelum Meghan Markle, Ini Dia Perempuan yang Pernah Berlabuh di Hati Pangeran Harry)
Selain mengenalkan budaya khas Lampung, dia juga berusaha melebarkan sayap usahanya agar dikenal di negeri orang.
“Setelah pameran di Malaysia, saya pernah dapat pesanan untuk membuat baju pengantin dari sana. Alhamdulillah lancar,” kata Rahayu..
Kini Rahayu bersyukur, usaha dan kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.
(Baca juga: Salut! Demi Berdayakan Kelompok Disabilitas, Ratnawati Sutedjo Lakukan Hal yang Sangat Membanggakan Bagi Negeri)
Walaupun single parent, ia mampu meningkatkan perekonomian keluarga dan masyarakat sekitar.
Berkat Bank BRI, dia juga bisa mengembangkan bisnisnya dengan membangun Rahayu Gallery di Tanjung Senang, Lampung dan Plaza Mayestik di Jakarta.(*)
Muhammad Yunus
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR