NOVA.id – Untuk menurunkan berat badan, ada berbagai cara dan metode diet yang bisa kita terapkan.
Salah satunya adalah diet ketogenik.
Diet ketogenik sebagai metode diet yang diklaim efektif menurunkan berat badan dengan cepat masih sangat populer.
(Baca juga: Jangan Keliru! Ternyata Susu Tanpa Garam Jauh Lebih Sehat Loh, Ini Buktinya)
Banyak orang yang akhirnya tertarik mengikuti cara diet yang menganjurkan banyak konsumsi lemak ini.
Diet ketogenik memang menganjurkan pelakunya untuk membatasi karbohidrat dan memperbanyak konsumsi lemak dan protein.
Bagi banyak orang yang "takut sengsara" saat menurunkan berat badan, diet ketogenik memang dianggap "surga".
(Baca juga: Sempat Bungkam Masalah Asmara, Taylor Swift Malah Kepergok Lakukan Ini!)
Meski demikian, sebenarnya para ahli gizi tidak merekomendasikan diet ini.
Menurut dr. Cindiawaty Pudjiadi, spesialis gizi klinik, kebanyakan pelaku diet keto mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh.
"Padahal konsumsi lemak jenuh akan meningkatkan risiko penyakit, mulai dari penyakit jantung, kolesterol tinggi, sampai penyakit kanker," ujar Cindiawaty.
(Baca juga: Jangan Lagi Percaya Mitos Soal Vaksin Ini, Risikonya Jauh Lebih Fatal!)
Ia menuturkan, penelitian mengenai diet keto masih belum banyak.
"Pada awalnya diet ini dibuat untuk mengobati epilepsi," ujarnya.
Menurut dia, diet yang paling baik adalah pola makan bergizi seimbang dan sesuai dengan konsisi kesehatan setiap orang.
(Baca juga: Kulit dan Otot Miss V Wajib Digunting Saat Persalinan, Apa Alasannya?)
"Ada orang yang tidak boleh mengonsumsi makanan tinggi lemak, ada yang butuhnya lebih banyak," ujar dokter dari RS Medistra Jakarta ini.
Sebelum menjalankan diet keto, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis gizi untuk dipastikan diet apa yang paling sesuai.
"Nanti akan dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium dan juga diukur komposisi tubuhnya. Baru dokter akan memberi panduan pola makan yang tepat," katanya.
(Baca juga: Terungkap Lima Mantan Pacar Raditya Dika, Nomor 3 Ternyata Ditulis dalam Novelnya!)
Dalam diet penurunan berat badan, yang menjadi target bukan hanya penurunan berat badan dan otot, tetapi lemak tubuh.
"Terutama lemak visceral atau lemak di sekitar organ tubuh. Sehingga berat badan turun dan bonusnya jadi lebih sehat," papar Cindiawaty.
Diet di bawah pengawasan dokter juga lebih aman karena akan terus dipantau proses penurunannya.
(Baca juga: Wah, 5 Cara Ini Dijamin Bikin Bibir Terlihat Seksi dan Tebal Hanya dengan Sapuan Lipstik Saja!)
"Kalau tidak sesuai target dievaluasi apa yang perlu diperbaiki. Jangan hanya melakukan diet sendiri. Berat badannya turun tapi risiko penyakit meningkat karena kebanyaka konsumsi lemak jenuh," katanya.
Bila ingin menjalani diet keto, menurut Cindiawaty, lemak yang dikonsumsi sebaiknya 20 persen dari total kebutuhan harian dan harus berasal dari lemak tidak jenuh, misalnya ikan laut, kacang-kacangan, minyak zaitun, minyak kanola, atau chia seed.
"Ini adalah saran asupan lemak dari konsensus internasional. Selain itu asupan protein harus sesuai kebutuhan, juga konsumsi sayur dan buah untuk kebutuhan serat dan vitamin," paparnya.
(Baca juga: Mantan Istri Sulit Bertemu Anak, Atalarik Syach Justru Buka-bukaan Soal Hubungannya dengan Perempuan Ini)
Diet ketogenik, imbuh Cindiawaty, tidak disarankan untuk menjadi pola makan dalam jangka panjang.
"Bagaimana pun tubuh kita tetap perlu karbohidrat," ujarnya.
(Lusia Kus Anna/Kompas.com)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR