Hal itu merupakan tahapan agar vaksin difteri dapat segera dipatenkan kehalalannya.
“Namun, prosesnya tentu tidak akan sebentar. Dengan begitu, jika kita tidak segera melakukan vaksinasi, penyebaran difteri akan semakin melebar, padahal ada banyak jiwa yang terancam,” kata Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nina F. Moeloek.
(Baca juga: Takut Uang Habis Karena Nabung? Gunakan Cara Ini Deh!)
Mitos: vaksin berbahaya bagi kesehatan
Vaksin untuk difteri ini dibuat oleh PT Bio Farma, dan telah digunakan 135 negara di dunia.
Sebelum distribusi dilakukan, Direktur Utama PT Bio Farma, Juliman, memastikan bahwa vaksin yang mereka produksi diuji lebih dulu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Kalau belum dapat sertifikat lulus dari BPOM, vaksin tidak bisa dijual,” tegas Juliman.
(Baca juga: Tak Pede Karena Gigi Kuning? Ternyata Kulit Jeruk Bisa Mencerahkannya, Loh!)
Faktanya, vaksin untuk difteri ini telah teruji dan aman bagi masyarakat.
Jika bahaya yang dimaksud adalah demam dan nyeri pada tubuh maka itu adalah sesuatu yang wajar, begitulah kata dr. Soedjatmiko.
“Kalau demam maka berikan obat penurun demam, wajar ada efek seperti itu,” ujar Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia itu.
Itulah 3 mitos yang sering menjadi alasan kita tidak melakukan imunisasi vaksin terhadap anak ataupun diri sendiri.
Dengan menolak vaksinasi, sebenarnya kita telah merugikan banyak pihak.
(Baca juga: Wah, Kandungan Dalam Bawang Putih Memiliki Khasiat Ampuh untuk Kesehatan Tubuh Loh)
Mulai dari diri sendiri, orang di sekitar kita, bahkan pemerintah.
Jika pakar saja sudah menyarankan hal itu, berarti vaksin ini mampu untuk menangani penyakit difteri yang belakangan jadi ramai kembali.
Jadi, jangan takut untuk melakukan imunisasi vaksin difteri untuk menjaga diri dan keluarga kita dari penyakit menular itu. (*)
Tanayastri Dini Isna
Penulis | : | Nova |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR