Dari berbagai pemerintah daerah di nusantara pernah memintanya jadi pembicara.
Hebatnya lagi, permintaan undangan untuk berbagi ilmu mengolah makanan itu juga mengalir dari sejumlah universitas di luar negeri.
“Ada 13 negara yang meminta saya jadi pembicara, melakukan kunjungan industri, studi banding, dan penelitian. Di antaranya Bangladesh, India, Australia, Malaysia, Belanda, Amerika Serikat, Myanmar, Jepang, dan Pakistan,” kata Sri.
Bukan hanya jadi pembicara, Sri pun kerap mendapatkan penghargaan terkait keberhasilannya mengolah bonggol pisang.
Tahun 2016 ia mendapatkan bantuan layanan internet gratis dari USAID atas keberhasilannya memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk.
“Pada tahun 2015, kami juga mendapatkan penghargaan One Village One Product UKM Bintang 3 dari Kementrian Perindustrian,” jelas Sri sambil mengatakan nama merek Al Barik diambil dari nama anaknya.
Kredit BANK BRI
Bukan jalan instan yang harus dilalui Sri Purwanti untuk mengembangkan bisnis keripiknya.
Dari yang hanya bermodal Rp500.000 kini sudah memiliki omzet Rp30 juta hingga Rp40 juta.
Sri sendiri tak mengira jika jalan hidupnya berhasil mengolah keripik bonggol pisang memiliki nilai ekonomi tinggi.
"Prinsipnya harus inovatif dan kerja keras. Biarkan semuanya mengalir saja. Saya sendiri tidak mengira bisa seperti ini. Bisa berbagi ilmu, ngomong di depan mahasiswa dan dosen. Padahal saya sendiri tidak kuliah,” jelas Sri.
Untuk urusan permodalan, keripik Al Barik tidak menemui kendala berarti.
Tahun 2012, ia memanfaatkan program KUR BRI (Kredit Usaha Rakyat BRI.
Ia sengaja menjatuhkan pilihan untuk menggunakan KUR BRI lantaran kerap melihat iklan KUR BRI tentang kredit untuk usaha kecil.
Lalu ia berinisiatif ke kantor BANK BRI cabang terdekat, yakni di Kantor BANK BRI Unit Samas, Bantul untuk menanyakan terkait program pinjaman KUR BRI.
"Setelah bertanya-tanya, saya kemudian mengajukan pinjaman senilai Rp2 juta. Pinjaman modal pertama itu untuk membeli bahan baku dan membeli alat untuk pengemasan. Kemudian tahun 2014 kembali mengajukan pinjaman KUR senilai Rp5 juta,” kata Sri.
Setelah semua pinjaman KUR BANK BRI dibayar lunas, Sri Purwanti kemudian mengajukan kredit ke BANK BRI melalui produk Kupedes BRI.
Ia mengajukan pinjaman sebesar Rp25 juta.
Uang kredit tersebut digunakan untuk modal membeli kendaraan operasional.
Dengan alat transportasi roda empat itu, memudahkan Sri untuk mengangkut dan mendistribusikan keripik bonggol ke sejumlah daerah.
"Setelah ini, saya berharap ke depannya bisa memiliki tempat pengolahan sendiri. Selama ini kan mengolahnya masih menyatu dengan rumah. Jadi biar tempat mengolahnya lebih lega,” jelas Sri.
Semoga harapan Sri segera terwujud! (*)
(Fajar Sodiq)
Source | : | Nova |
Penulis | : | Dok Grid |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR