Studi ini mengkaji 20 penelitian yang mengukur kondisi kekurangan tidur dan kondisi insomnia karena label mereka sendiri.
Hasilnya, ada sangat sedikit tumpang tindih di antara keduanya.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang yang memang kekurangan tidur tidak melabeli diri mereka sebagai penderita insomnia.
(Baca juga: Wah, Ternyata Ini 3 Jenis Cedera yang Paling Sering Dialami Saat Olahraga, Hindari yuk!)
Karena itu, mereka tidak mengalami kelelahan atau kecemasan di hari berikutnya.
Studi lain juga menemukan, terlepas dari fakta kurang tidur biasanya terkait dengan risiko kenaikan tekanan darah tinggi, orang-orang yang tidak melabeli diri mereka sebagai penderita insomnia tidak mengalami kondisi tersebut.
Sebaliknya, studi menemukan orang yang tidur nyenyak tetapi menganggap diri penderita insomnia cenderung bangun dengan kelelahan, depresi, kecemasan, dan hipertensi.
(Baca juga: Duh, Kaki Kram Bikin Pekerjaan Terganggu! Kenali Penyebab dan Cara Mengobatinya Berikut)
Temuan Lichstein mengungkapkan realitas yang sangat menarik, di mana meskipun tidur adalah fungsi biologis, kita dapat mengelabui otak sementara waktu dengan berpikir jika mengalami insomnia dan mengalami dampaknya, atau berpikir tidur nyenyak dan bangun dengan keadaan segar setiap pagi.
“Merasa khawatir terus menerus dengan tidur yang buruk merupakan patogen yang lebih kuat daripada gangguan tidur sebenarnya. Persepsi tersebut menciptakan realitas,” ungkapnya.(*)
(Kahfi Dirga Cahya/Kompas.com)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR