NOVA.id - Suka atau tidak, dalam urusan berbahasa cinta, perempuan yang kerap aktif menuntut.
Mungkin, karena perempuan dinilai lebih sensitif ketimbang kaum lelaki.
Padahal, pada dasarnya, perempuan dan laki-laki harus memiliki kapasitas refleksi yang sama.
Jadi kalau kita, para perempuan, merasa berada di posisi “tersudut” alias dituntut, kita pun harus memiliki kemampuan speak up, sehingga pasangan bisa mawas diri.
(Baca juga: Berada di Gang Kecil, Inilah Rumah Jonatan Christie! Seperti Apa ya?)
“Untuk sampai ke bahasa cinta memang bukan sesuatu yang dipaksakan. Memang harus komitmen kedua belah pihak,” kata Ahastari Nataliza, M.Psi, psikolog klinis yang praktek di RS St. Carolus Gading Serpong.
Menurut Liza, panggilan akrabnya, seharusnya setelah masing-masing mampu berkomitmen memenuhi keinginan pasangannya, hal selanjutnya yang perlu ditanyakan adalah: “Apakah kamu happy, ketika aku sudah berbuat begini?”
Alasannya, karena kadang-kadang ada pasangan yang lupa untuk mengapresiasi perubahan sikap dan ekspresi cinta pasangannya.
(Baca juga: Penampilan Siti Badriah 'Lagi Syantik' Bikin Warganet Kecewa Berat, Kenapa?)
Masalahnya, ketika sudah happy dengan improvisasi pasangan, kita tak bisa menutup kemungkinan bahwa “sikap lama” pasangan akan muncul kembali.
“It takes two to tango. Enggak bisa kalau istri doang (yang berusaha). Mulai latihlah komunikasi, be honest terhadap apa yang dirasa. Kita harus bisa ngomong, ‘Aku kayaknya keberatan, aku merasa aku enggak bisa memenuhi, aku kok merasa kamu terlalu banyak memberi pressure? ” pesan Liza.
(Baca juga: Berduet dengan Penyanyi India, Denada Bikin Satu Stadion Ikut Bernyanyi)
Oleh karena itu, jangan lupa senyum saat menyampaikan itu semua.
Karena, sering kali yang lebih dulu terdengar bukan isi ucapan, tapi bagaimana cara mengatakannya. (*)
(Jeanett Verica)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR