NOVA.id - Gempa yang kemudian disusul tsunami, yang mengguncang Palu dan Donggala sepatutnya menjadi pengingat akan ancaman Sunda Megathrust bagi warga penduduk Jawa secara umum, dan Jakarta pada khususnya.
Ibu kota Republik Indonesia ini dianggap berpotensi diguncang gempa besar dari megathrust, bahkan hingga lebih dari 8 Skala Richter (SR).
Para pakar menyebut potensi tersebut berasal dari zona kegempaan atau seismic gap yang ada di sekitar Jakarta.
Baca Juga : Kata-Kata Terakhir dan Gelagat Aneh, Firasat Kepergian 2 Atlet Paralayang yang Tewas Saat Tsunami Palu?
"Kekuatannya masih perdebatan di antara para pakar. Diperkirakan antara 8,1 SR hingga 9 SR," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati kepada BBC Indonesia, Jumat (02/03).
Menurut Dwikorita, megathrust atau patahan lempeng naik menjadi ancaman besar bagi ibu kota negara dilanda gempa.
"Belum ada kepastian kekuatannya," katanya.
Baca Juga : Dijenguk, Istri Indro Warkop Sampaikan Pesan Menyentuh Hati untuk Istri Agum Gumelar!
Dua gempa terakhir yang menguncang Jakarta terjadi pada Januari 2018, sempat membuat panik warga karena guncangan hebatnya.
Gempa berkekuatan 6,1 SR tersebut berpusat di Samudera Hindia, 61 kilometer dari Lebak, Banten.
Menurut Dwikorita, sumber gempa besar yang mengancam Jakarta berasal dari patahan lempeng yang ada di Selat Sunda.
Baca Juga : Tanpa Riasan dan Bertelanjang Kaki, Kareena Kapoor Terima Tamu di Pemakaman Sang Nenek
Yakni antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia.
"Posisinya tepat di bawah pulau Jawa dan Sumatra. Sekitar 300 kilometer dari Jakarta," paparnya.
Lanjut Dwikorita, perhitungan besarnya gempa hingga lebih dari 8 SR, berdasarkan hitungan geometri patahan yang akan terjadi.
Baca Juga : Hari Batik Nasional, Bambang Trihatmodjo Rangkul Mesra Mayangsari Saat Berbatik Merah Menyala, Cetar!
"Itu perkiraan atau estimasi," ujarnya.
Dwikorita menambahkan secara umum, seluruh wilayah Indonesia berada di atas lempeng tektonik yang berpotensi menghasilkan gempa.
Baca Juga : Hari Batik Nasional, Mayangsari Pakai Daster Saat Pamer Boots Batik yang Curi Perhatian!
"Gempa akan terus terjadi. Semua sudah sadar kondisi ini," katanya.
Soal waktu kejadian, memang tidak bisa diprediksi oleh para pakar.
Karena tidak ada yang bisa memastikan kapan gempa terjadi atau kapan lempeng bergeser.
Baca Juga : Sekujur Wajah Lebam dan Bengkak, Ini Kondisi Terakhir Ratna Sarumpaet Saat Dijenguk Fadli Zon
Pakar gempa Jaya Murjaya menjelaskan, gempa berasal dari zona kegempaan kosong atau seismic gap.
Pulau Jawa sudah beberapa kali dilanda gempa berkekuatan lebih dari 7 SR.
Menurut Jaya, semua wilayah tersebut masih berpotensi terjadi gempa yang besar.
Baca Juga : Dulu Jualan Buah Cermai, Zaskia Gotik Kini Punya Rumah Mewah, Intip Isinya yuk!
"Jika disimulasikan untuk wilayah Jakarta, dengan kekuatan 8,7 SR akan berdampak pada guncangan dengan skala intensitas VI sampai VII MMI," paparnya.
Data dari Pusat Studi Gempa Nasional menyebutkan jumlah sesar aktif di Indonesia juga bertambah, yakni dari 81 sesar pada 2010 menjadi 295 sesar aktif pada 2017.
Baca Juga : Dulu Jualan Buah Cermai, Zaskia Gotik Kini Punya Rumah Mewah, Intip Isinya yuk!
Oleh karena gempa adalah sesuatu yang tak bisa ditolak atau dicegah, maka yang perlu dipersiapkan adalah antisipasi jika gempa terjadi.
Hal pertama adalah soal struktur bangunan.
Menurut Dwikorita, perlu pemeriksaan apakah semua gedung di Jakarta sudah memenuhi standar antigempa.
Baca Juga : AIA Championship for Women Dukung Pemberdayaan Sepak Bola Perempuan
Mulai dari building code, standar ketahanan gempa, hingga SNI (Standar Nasional Indonesia).
Berikutnya adalah soal edukasi masyarakat, bagaimana menghadapi gempa, apa yang harus dilakukan ketika gempa terjadi, dan sebagainya.
"Tujuannya adalah meminimalisir korban jiwa. Karena biasanya banyak korban jatuh disebabkan keruntuhan bangunan," katanya.
Baca Juga : Wajib Punya Batik Cirebon dari Desa Ini, Ada Sejak Zaman Kerajaan!
Untuk edukasi masyarakat menghadapi gempa, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyatakan berencana membangun taman hiburan dan edukasi terkait gempa dan juga meningkatkan kesiapsiagaan warga.
Sementara, Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI Jakarta Edy Junaidi memastikan setiap gedung bertingkat di Jakarta sudah memenuhi syarat SNI tahan gempa sebagai syarat perizinan.
"Hingga kekuatan 8 SR," ujarnya.
Baca Juga : Jangan Asal Punya, Begini Cara Merawat Koleksi Batik Agar Tetap Awet
Menurut Edy, syarat gedung bertingkat tahan gempa itu sudah lama diterapkan di Jakarta.
Sehingga, katanya, soal ketahanan gedung bertingkat terhadap gempa seharusnya sudah bukan menjadi isu.
"Para konsultan tidak mungkin membangun gedung tanpa standar antigempa. Mulai dari bahan bangunan, struktur, dan sebagainya," tuturnya.
Baca Juga : Usai Donggala-Palu, Siang Tadi Sumba dan Sigi Giliran Diguncang Gempa
Sayangnya, syarat tahan gempa itu hanya berlaku bagi bangunan tinggi, namun tidak untuk rumah pribadi atau pemukiman.
Meski begitu, Edy mengaku tidak khawatir soal rumah di Jakarta.
"Saya tanya, kapan pernah terjadi gempa sampai rumah rubuh di Jakarta?" ujarnya. "Untuk rumah-rumah saya belum terlalu khawatir," imbuhnya.
Baca Juga : Tak Hanya Pameran, Erlangga Talent Week Jadi Wadah Anak Unjuk Bakat
Lanjut Edy, menerapkan syarat tahan gempa untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB) rumah pribadi adalah sesuatu yang sulit dilakukan.
"Rumah saya saja tidak standar gempa. Apa harus saya bongkar," katanya.
Artikel ini telah tayang di Intisari-Online dengan judul "Sunda Megathrust, Ancaman Besar Bagi Jakarta, Bisa Timbulkan Gempa Hingga 9 SR"
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR