Namun menurut Lani, begitu ketua HWDI diakrabi biarpun sudah ada, jumlah perusahaan yang mau membuka diri ini masih sedikit sekali jumlahnya.
Dan sulitnya, belum semua perusahaan berhasil menerapkan proses seleksi yang mumpuni dan ramah.
Sebut saja sarana dan prasarana tes yang terbatas.
Seperti penggunaan pensil dan kertas yang jelas-jelas tidak bisa diakses tuna netra.
Baca Juga : Seminggu Tak Makan Gula Buah dan Tepung, Perempuan Ini Alami Hal Menakjubkan Pada Tubuhnya!
Kalau diterima pun, fasilitas di kantor terbatas.
“Oke, disabilitas boleh apply. Tapi kemudian ketika melamar dan ada tes, ada disabilitas yang tidak bisa mengaksesnya. Pemahaman memberi perlakuan yang adil dan setara ini yang belum dipahami. Ini yang kita namakan aksesibilitas yang layak. Fasilitas-fasilitas harus disesuaikan dengan cara penyandang disabilitas itu mengakses. Caranya enggak ribet-ribet banget, kok. Kalau enggak bisa nyiapin tes huruf Braille, kan bisa rekam jawaban pakai tape recorder,” tukas Lani.
Ooh, jika betul seperti yang disampaikan Lani, bagaimana dengan Mutiara Cantik Harsanto, perenang di APG 2018?
Mutiara yang baru 14 tahun itu padahal bercita-cita ingin jadi psikolog, loh.
Baca Juga : Sederhana dan Cantik, Begini Tampilan Kahiyang Ayu Hadiri JFW 2019!
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR