Solusi Hadapi Baby Blues akibat Mom Shaming, Para Ibu Pasti Bisa!

By Jeanett Verica, Senin, 4 Maret 2019 | 09:00 WIB
Solusi Hadapi Baby Blues akibat Mom Shaming, Para Ibu Pasti Bisa! (iStock)

NOVA.id - Perjuangan seorang perempuan yang hendak menjadi ibu memang tak akan pernah ada habisnya.

Setelah berjuang meregang nyawa saat melahirkan, para perempuan terkadang masih harus menghadapi berbagai pertanyaan atau komentar orang lain yang membuat sedih atau malu. Istilahnya, mom shaming.

Jangan pernah dianggap sepele, mom shaming ini bahkan bisa menjadi cikal bakal terjadinya sindrom baby blues, bahkan yang lebih parah: post partum depression.

Baca Juga : Ramalan Wirang: Ada Perselingkuhan antara Syahrini-Reino Barack, Luna Maya segera Bahagia

Menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, baby blues sendiri merupakan suatu gangguan emosi ringan yang kerap kali dialami oleh ibu yang baru melahirkan.

Meski disebut gangguan ringan, menurut Vera, hal ini tetap tak bisa disepelekan.

Sindrom baby blues umumnya terjadi pada dua minggu pertama hingga satu bulan setelah melahirkan.

Penyebabnya?

Baca Juga : 5 Pesona Kakak Ipar Luna Maya, Ibu Dua Anak yang Cantik dan Modis!

Kondisi ini biasanya disebabkan pengaruh hormonal setelah melahirkan, yakni menurunnya kadar estrogen dan progesteron yang drastis. Kedua hormon ini merupakan hormon seks perempuan yang mampu memengaruhi mood.

Selain itu, sindrom baby blues juga bisa diakibatkan oleh perubahan fisik, seperti bertambahnya berat badan ibu, payudara yang membengkak, hingga rasa sakit pada daerah rahim.

Tidak hanya secara fisik, kondisi psikologis dari sang ibu juga berpengaruh, lho.

Baca Juga : Sandy Tumiwa Memakai Narkoba Diduga karena Galau, Kuasa Hukum Angkat Bicara

Ibu menjadi mudah cemas dalam hal mengurus anak, merasa tidak mampu mengatasi masalah baru, merasa tidak siap menghadapi perubahan setelah melahirkan, hingga rasa tidak percaya diri karena terjadi perubahan bentuk tubuh setelah melahirkan.

Perubahan sosial pun juga dapat menimbulkan sindrom baby blues ini, karena perubahan peran menjadi seorang ibu dapat membawa pengaruh pada gaya hidup dan ini membutuhkan adaptasi yang tidak mudah.

Selain itu, kurangnya dukungan dari pasangan atau lingkungan sekitar juga dapat menimbulkan sindrom ini.

Baca Juga : Benarkah Ngecas Power Bank di Mobil sampai Penuh Bisa Berbahaya?

Bisa dibayangkan bukan, betapa parahnya baby blues ini apabila ditambah lagi dengan tekanan dari lingkungan sosial yang cenderung melakukan mom shaming.

Gejala yang sering timbul dari sindrom baby blues adalah ibu sering menangis tanpa sebab yang jelas, lebih mudah merasa kesal atau marah, menjadi lebih cemas dari biasanya, tidak sabaran, merasa enggan untuk memerhatikan bayinya, merasa tidak percaya diri, kehilangan minat terhadap aktivitas kesukaan, terjadi perubahan pola makan, sulit beristirahat dengan tenang, hingga lebih mudah tersinggung.

Bila kita mulai merasakan gejala-gejala tersebut lebih dari dua minggu, maka kita harus bersuara. Kita perlu segera mendapat pertolongan!

Baca Juga : Tega! Seorang Ibu Sengaja Biarkan Anaknya Jadi Korban Pelecehan Seksual selama 7 Tahun sebelum Akhirnya Dipenjara

Karena bila tidak segera ditangani, gangguan ini dapat berdampak pada kesehatan fisik ibu dan bayinya hingga dapat menjadi ancaman bagi hubungan rumah tangga.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menyembuhkan sindrom baby blues. Sebelum semakin parah, ada baiknya jika suami mengambil alih sementara untuk mengurus bayi agar ibu bisa istirahat sejenak.

“Perempuan yang terkena sindrom baby blues ini juga memerlukan teman bicara, agar keluh kesah yang dialaminya dapat didengarkan. Jadi jangan biarkan dia (ibu) merasa kesepian, atau gangguan ini akan semakin berlarut-larut,” kata Vera.

Baca Juga : Menyayat Hati, Bocah Tiga Tahun Sengaja Dihimpit Kursi Penumpang hingga Tewas, Ibu dan Pacarnya Terbukti Bersalah Setahun Kemudian

Berkomunikasi dengan suami menjadi salah satu upaya sederhana yang bisa kita lakukan. Kita perlu sadar, kita bisa meminta bantuan dan tak harus menanggung semua beban sendiri.

Namun, bagaimana bila tambah parah?

Salah satu penanganan profesional dalam kesehatan mental biasanya melibatkan seorang konselor, psikolog, psikiater, atau pekerja sosial.

Baca Juga : Tak Datang di Pernikahan dan Baby Moon, Benarkah Persahabatan Meghan Markle dan Priyanka Copra Retak?

Jika ibu dibawa ke konseling, ada dua tipe konseling yang cukup efektif untuk menyembuhkan gangguan mental ini.

Jenis konseling pertama, yaitu cognitive behavioral therapy (CBT).

Tujuannya adalah untuk membantu penderita gangguan mental agar bisa mengenali dan mengubah pikiran maupun perilaku negatif yang sudah dilakukan.

Jenis konseling yang kedua yaitu interpersonal therapy (IPT).

Konseling ini bertujuan membantu penderita gangguan mental agar bisa memahami dan bisa melakukan sesuatu untuk memperbaiki hubungan interpersonal yang bermasalah.

Baca Juga : Syahrini dan Reino Barack Pilih Menikah di Jepang, Inilah 7 Destinasi Bulan Madu Paling Romantis di Negeri Sakura

 

Cara berikutnya untuk menyembuhkan sindrom ini adalah dengan melakukan mediaksi.

Mediaksi merupakan pengobatan dengan anti-depresi yang bekerja untuk mengembalikan kesimbangan kimiawi pada bagian otak, yang meregulasi perasaan.

Hasil dari penggunaan anti-depresi baru akan terlihat setelah beberapa minggu pemakaian secara teratur. Anti-depresi umumnya cukup aman jika digunakan untuk ibu menyusui.

Baca Juga : Oprah Winfrey Kehilangan Uang Rp800 Miliar, Apa Penyebabnya?

Akan tetapi jika memerlukan dosis yang lebih, harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan psikiater agar memahami risikonya.

Anak merupakan karunia yang lebih bernilai dari harta, bukanlah sebuah beban.

Namun terkadang, faktor-faktor yang membuat kita mengalami sindrom baby blues memang kadang tak terhindarkan.

Baca Juga : Dikabarkan Putus dengan Verrell Bramasta, Natasha Wilona Buka Suara!

Sebagai manusia dan sesame perempuan, ada baiknya kita melihat sosok seorang ibu di luar sana sebagai sosok yang mulia dan tak membuat mereka menjadi perempuan yang tak percaya diri.

Stop mom shaming!

Namun bila kita sendiri yang terpaksa mengalaminya, hingga alami baby blues hingga post-partum depression, segeralah cari bantuan.

Karena bagaimanapun juga, tumbuh kembang seorang anak adalah tanggung jawab kita sebagai orangtuanya, bukan orang lain. (*)