Tanya Jawab Psikologi NOVA: Aku Ingin Mengakhiri Hidup Karena Keluargaku

By Tiur Kartikawati Renata Sari, Kamis, 11 April 2019 | 20:30 WIB
Tanya Jawab Psikologi NOVA: Aku Ingin Mengakhiri Hidup Karena Keluargaku (Pixabay/duy_ittn)

 

Saya mengatakannya sebagai “gizi psikologis”, yang dibutuhkan manusia untuk tumbuh dan berkembang, tangguh, cerdas,serta punya kesediaan mental untuk matang secara social, ini sama pentingnya dengan gizi dari makanan dan minuman sehat serta buah-buahan.

Perkembangan emosi dan kepribadian pada umumnya akan ideal bila dilandasi oleh rasa nyaman yang bersumber pada perasan bahwa ia dicintai apa adanya, diterima sebagai idividu utuh yang memang berbeda dibanding orang lain, bahkan ibunya sekalipun, ini bukan berarti bahwa semua perilakunya akan dibenarkan begitu saja, karena hanya akan menumbuhkan kemanjaan tak berbatas, serta minimnya kesediaan untuk menerima bahwa di sekelilingnya ada orang lain yang juga punya kebutuhan yang sama dengan dirinya.

Salsa sayang, kan, kita ini disebut sebagai mahluk sosial, maka suka tak suka, kehadiran dan eksistensi orang lain akan mewarnai hidup kita, maka, kita beranjak dewasa dengan “sehat” bila kita punya skill untuk beradaptasi, berinteraksi, bertoleransi, dan lebih jauh lagi berempati, apa indikatornya? Makin mampu kita merasa nyaman berada dalam perbedaan, makin mantap kita dengan identitas diri kita, berempati artinya mencoba memahami mengapa orang lain berpikir, berperasaan, dan berperilaku seperti yang kita lihat, tanpa kita larut ke dalamnya.

Baca Juga : Diduga Dibully 12 Siswa SMA, Kapolresta Pontianak Kuak Hasil Visum Audrey: Tak Ada Luka di Organ Intim

Contoh, ibu menyuruh Anda menempuh jalur pendidikan yang sama dengan dirinya, sementara Anda ingin jadi pekerja seni, janganlah buang energi Anda untuk membencinya, karena dia tak paham Anda, coba juga untuk memahami mengapa ibu ngotot Anda harus seperti dia, pasti maksudnya bukan untuk menjerumuskan Anda, bukan?

Mengapa ngotot? Ibu tak ingin Anda bernasib sama dengannya, mencari nafkah jungkir balik, sementara suami hanya menopang keluarga besarnya, ketika Anda mau belajar melihat seluruh permasalahan, bukan hanya dari sisi-sisi yang bersinggungan langsung dengan Anda, insyaallah Anda akan melihat sisi heroik ibunda, deh, berjuang untuk tetap ada di samping suaminya, walau tampak jauh dari harmonis.

Berikutnya, yuk, coba untuk mengubah cara pandang ke sisi yang lebih positif, lebih cerah, dan optimistic, Anda punya nenek, paman, dan bibi yang berfungsi jadi pengganti kehadiran ibu saat berjuang di kota, kan? Jangan terpaku pada kenyataan bahwa adik lebih dekat ke ibu, wajar, dong, kan setiap hari mereka bersama, bukankah ibu tetap membiayai Anda, peduli masa depan Anda, walau dengan cara yang membuat Anda tak nyaman.

Baca Juga : Masih Mengandung Anak Kedua, Tya Ariestya Sudah Siap Program Hamil Anak Ketiga

Saya tidak membahas perihal hubungan asmara ya, karena saya pikir ini fenomena yang lazim, saat menjadi mahasiswa, insyaallah akan membuka cakrawala pemikiran yang berbeda, karena nanti lebih banyak manusia dewasa di sekeliling Anda, tetap memperjelas tujuan hidup, ya, sayangku, bayangkan, apa yang Anda canangkan akan menjadi tonggak keberhasilan hidup untuk 5 sampai 10 tahun yang akan dating, mudah-mudahan saat Anda makin tahu apa yang Anda mau untuk hidup, cara berpikirpun akan menjangkau lebih jauh ke depan dan Anda tidak sibuk hanya mengelola kejadian sehari-hari saja. Ayo, lebih banyak senyum, gaul, dan semangat, ya, salam sayang. (*)