Berkaca dari Film Imperfect, Body Shaming Bisa Terjadi Tanpa Disadari!

By Muhamad Yunus, Sabtu, 28 Desember 2019 | 09:00 WIB
Tanpa disadari, senjata body shaming yang kita lakukan ternyata ada di ujung jari kita. (Tero Vesalainen)

NOVA.id - Sudah nonton film Imperfect?

Kalau dalam film, sosok Rara memang potensial jadi bahan bully.

Padahal awas, karena senjata body shaming masa kini adalah ujung jari!

Kok bisa? Ya, bisa saja.

Karena dengan sentuhan jari di smartphone, orang bisa saja melakukan body shaming melalui akun media sosial misalnya.

Jadi tak heran kalau korban body shaming di media sosial cukup banyak.

Baca Juga: Pahami Soal Body Shaming Lewat Film Terbaru Ernest, Imperfect

Menurut Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, seorang psikolog dan hipnoterapis di Smart Mind Centre Clinic, Jakarta, fenomena ini muncul seiring semakin maraknya media sosial, di mana orang dengan mudahnya meng-upload foto-foto profil mereka.

“Tak jarang mereka mendapatkan respon atau komentar yang menghina ataupun mengejek fisik mereka,” tambah Alexandra.

“Sebenarnya,  body shaming ini juga termasuk tindakan bullying yang sering tidak disadari.”

Boleh jadi karena tak sadar, kasus terus marak terjadi. Padahal fenomena seperti ini terjadi sudah cukup lama.

Baca Juga: Jangan Pernah Kasih Panggung Bagi Pelaku Body Shaming, Ini Alasannya

Kata Alexandra, saat ini orang semakin mudah mengungkapkan komentar dan kritikan di media sosial, sehingga  body shaming seperti sudah biasa terjadi.

Bahkan tak jarang iklan juga melakukan  body shaming karena berisi konten yang bertujuan “memaksakan” suatu kriteria atau bentuk fisik ideal.

Peluang melakukan  body shaming semakin mudah saat akun media sosial kita bisa diakses semua orang, mereka bebas berkomentar apa saja karena memang diatur untuk dibuka buat publik.

Baca Juga: Body Shaming: Serangannya Perlahan Namun Bisa Sangat Mematikan

Jadi wajar saja jika artis, selebgram, influencer, juga youtuber sering kali jadi korban body shaming warganet.

“Pengguna media sosial tak segan berkomentar negatif, dengan bahasa yang kasar terhadap penampilan fisik orang. Kalau sudah berniat melakukan bully, sekecil apa pun kekurangan fisik seseorang, bisa dijadikan sebagai bahan cercaan,” jelas Alexandra serius.

Lantas, apa sih yang mendorong orang melakukan  body shaming di media sosial?

Baca Juga: Dapat Body Shaming dari Fans, Prilly Latuconsina: Ngatain Gendut Dulu Baru Muji

Menurut Alexandra, bisa jadi karena pelaku iri sehingga ingin menjatuhkan nama baik orang tersebut.

Selain itu bisa juga bentuk kebiasaan, karena mengomentari fisik orang lain jadi hal lumrah atau sekadar bercanda.

Alexandra menambahkan, “Terkadang disalahartikan sebagai bentuk kepedulian. Misalnya, banyak ibu yang peduli dengan bentuk tubuh anaknya, sehingga sering mengkritik bahwa mereka gemuk, kurang tinggi, dan lainnya.”

Baca Juga: Bukan Hanya Aura Kasih yang Sempat Alami Body Shaming, Deretan Artis Juga Merasakannya, bahkan Anak Presiden, Kahiyang Ayu!

Akibat dari  body shaming di media sosial itu bisa memengaruhi self esteem (harga diri) dan body image (gambaran tubuh) korban.

Jadi komentar yang mengandung  body shaming itu dilihat semua orang, sehingga seakan-akan terjadi penggiringan opini terhadap kondisi fisik yang sedang dikomentari itu.

Jadi kata Alexandra, “Seseorang bisa merasa enggak nyaman dengan diri mereka sendiri. Bahwa mereka tidak cukup menarik, tidak cukup disukai, dan bisa jadi akan melakukan segala cara untuk mencapai standar (tubuh) tersebut.”

Baca Juga: Lakukan Body Shaming Pada Cinta Laura, Hotman Paris Dikecam Warganet

Alexandra menambahkan bahwa masalah psikologis juga bisa timbul, biasanya berupa gangguan depresi, gangguan makan (bulimia dan anorexia nervosa), body dysmorphic disorder, gangguan kecemasan, bahkan gangguan lain yang menyertai.

Itu sebabnya, Alexandra mengingatkan agar kita hati-hati dalam bermedia sosial, sehingga tak melakukan  body shaming.

“Intinya adalah kata-kata yang membuat orang merasa tidak nyaman dengan fisik yang dimiliki (bentuk badan, rambut, warna kulit, dan lainnya). Bisa berupa komentar ringan hingga kasar, melabeli, atau bahkan cercaan terhadap kondisi fisik orang tersebut.”

Baca Juga: Setelah Alami Body Shaming, CL 2NE1 Tuai Pujian Terlibat Film Mile 22

Terus, bagaimana mengatasi  body shaming di media sosial?

Sebenarnya sudah ada aturan yang bisa menjerat pelaku body shaming, yaitu UU ITE Pasal 27 ayat 3 tentang penyebaran atau pencemaran nama baik yang bisa memenjarakan pelaku.

Meski begitu, secara pribadi, Alexandra bilang, diabaikan saja. Lebih baik kita fokus pada orang-orang yang memang peduli dan bisa mendukung kita.

Katanya, “Batasi pertemanan kita dengan orang-orang yang positif saja.”

Masih kata Alexandra, sebenarnya kita memang enggak bisa mengontrol bagaimana orang lain bertindak atau berpikir tentang kita, jadi ya memang sulit dihindari.

“Yang terpenting, bagaimana kita merespon body shaming tersebut dengan lebih positif,” tambah Alexandra. Setuju kalau begitu! (*)