Miris! 36 Anak Terancam Gizi Buruk di Tangerang Akibat Susu Kental Manis

By Tentry Yudvi Dian Utami, Minggu, 19 Juli 2020 | 08:00 WIB
36 Anak Terancam Gizi Buruk di Tangerang Akibat Susu Kental Manis ()

NOVA.id- Sebagai daerah penyangga ibukota, perkembangan pembangunan di Tangerang cukup masif.

Infrastruktur yang menjadi parameter masyarakat, dalam sepuluh tahun terakhir tumbuh sangat signifikan. Tangerang bahkan menjadi kota terbesar ketiga di Jabodetabek punya banyak infrastuktur yang mendukung terciptanya sebuah kawasan hunian yang nyaman.

Tidak tanggung-tanggung, Pemerintah Kota Tangerang telah menerapkan dan mengembangkan konsep Liveable, Investable, Visitable dan E-city yang disingkat menjadi LIVE.

 Baca Juga: Miris! Keluarga Ini Hanya Disuruh Foto Terima Bantuan, tetapi Nyatanya Tak Mendapatkan Dana

Artinya Tangerang sebagai kota layak huni, layak investasi, layak dikunjungi, dan sudah menggunakan teknologi informasi berbasis elektronik.

Sayangnya, berbanding terbalik dengan geliat pertumbuhan infrastruktur, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Tangerang yang menjadi indikator keberhasilan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat terbilang rendah.

Berdasarkan data BPS, IPM Kota Tangerang sebesar 77,01 merupakan urutan ke 53 IPM kota/ kabupaten se-Indonesia. Sementara Kabupaten Tangerang dengan IPM 70,97 berada pada urutan 145, dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia.

Baca Juga: Niat Hati Ingin Rujuk dengan Mantan Istri, Pria Ini Justru Kena Bogem Mentah Sekumpulan Warga Sekitar hingga Alami Luka Berat

Jika dirunut, salah satu faktor penentu tinggi rendahnya IPM adalah kecukupan gizi anak di masa 1.000 HPK.

Artinya, kecukupan gizi anak sejak dalam masa kandungan hingga berusia dua tahun akan menentukan kualitas anak di masa depan.

Asupan gizi yang cukup akan menumbuhkan generasi unggul yang mampu bersaing dengan masyarakat dunia.

Baca Juga: Remaja Diperkosa Selama di Rumah Aman P2TP2A, Korban: Kalau Nggak Nurut, Saya Mau Dicincang-cincang

Karena itu, bila IPM Tangerang – yang hanya berjarak 50 km dari pusat kota Jakarta berada pada urutan bawah, maka kecukupan gizi anak-anak usia dini perlu diperhatikan.  

Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar mengakui masih banyak anak-anak yang mengalami stunting atau masalah kurang gizi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, tercatat ada sebanyak 28,8 persen warganya menderita kurang gizi.

"Stunting ini masih dianggap biasa, padahal ini berdampak pada pertumbuhan anak, masyarakat harus tahu masalah stunting supaya bisa diminimalisir keberadaannya," ujar Ahmed Zaki.

Baca Juga: Cinta Segitiga Berujung Maut, Pria di Ini Tega Tembak Mati Perempuan yang Tolak Lamarannya, Ayah Korban Juga Ikut Tewas Tertembak

Aktivis kesehatan anak, Yuli Supriati mengatakan di beberapa daerah, stunting masih belum menjadi kekhawatiran masyarakat.

Calon ibu dan ibu-ibu muda, dikatakan Yuli masih banyak yang tidak teredukasi mengenai stunting.

“Masyarakat tidak paham apa itu stunting, apa penyebabnya, seperti apa tanda-tandanya dan apa yang harus dilakukan. Saya menemukan, beberapa anak dengan usia 2 tahun, berat badannya hanya 2 kg, tapi orang tuanya masih ngotot anaknya baik-baik saja,” jelas Yuli.

Disebutkan Yuli, dalam kunjungannya ke Puskesmas Tigaraksa, Tangerang beberapa waktu lalu, ia mendapati sebanyak 36 anak usia di bawah 5 tahun berada dalam status gizi kurang. Sebanyak 21 anak diantaranya berada pada rentang usia 1 – 2 tahun.

Di desa Cileleus, Tigaraksa Tangerang, Yuli bertemu Mutia dan Tegar, dua balita penerima program pemberian makanan tambahan (PMT) dari Puskesmas Tigaraksa.

Baca Juga: Terungkap! Ternyata Ini Sosok Pemilik Uang Rp500 Juta yang Ditemukan oleh Petugas Kebersihan KRL, Siapa Dia?

Mutia dan Tegar berusia 2 tahun, dengan berat badan yang hanya 7  kg. Padahal, untuk anak normal, di usia dua tahun seharusnya memiliki berat badan 14 kg untuk perempuan dan 15 kg untuk laki-laki.

“Pas bayinya mah dikasih ASI, tapi kan bapak ibunya kerja, anaknya dirawat saya. Kalau pas lagi ada (uang), dibeliin susu kaleng, sering juga diutangin di agen,” ujar Amah, nenek yang merawat Mutia. Susu kaleng yang dimaksud Amah adalah kental manis.

Amah sendiri sudah tak mengingat sejak kapan cucunya mengkonsumsi susu kental manis sebagai asupan nutrisi. Dalam sehari, Mutia bisa mengkonsumsi 3 – 4 gelas susu kental manis.

Baca Juga: Selebgram IK Diduga Melakukan Pencemaran Nama Baik oleh Klinik Kecantikan, Kini Kasusnya Diusut Polisi

 

Tak jauh berbeda dengan Mutia, Tegar yang waktu ditemui berada nyaman dalam gendongan ibunya pun seringkali mengkonsumsi susu kental manis.

“Kalau lagi nggak punya uang ya nggak dikasih apa-apa, kalau lagi ada beli susu yang sachetan aja di warung,” jelas ibu dari Tegar.

Tegar pun dalam sehari bisa minum susu 3 – 4 kali dalam sehari.

Saat Yuli menjelaskan mengenai kandungan susu kental manis dan bahwa kental manis bukanlah minuman susu untuk anak, keluarga Mutia dan Tegar kompak menjawab tidak tahu.

Baca Juga: Selebgram IK Diduga Melakukan Pencemaran Nama Baik oleh Klinik Kecantikan, Kini Kasusnya Diusut Polisi

Bagi mereka, susu kental manis adalah susu seperti yang diiklankan melalui televisi, rasanya manis disukai anak dan harganya terjangkau. Mirisnya, asupan yang salah itu tidak hanya dialami Mutia dan Tegar.

 "Ada banyak anak-anak lain yang bernasib sekadar kenyang, tanpa mereka tahu bahwa yang mereka makan dapat menjadi racun bagi tubuh mereka kelak,” jelas Yuli Supriati.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)