Body Positivity: Kalau Terlalu Banyak Cinta, Bisa Jadi Racun

By Siti Sarah Nurhayati,Maria Ermilinda Hayon, Sabtu, 4 September 2021 | 08:00 WIB
Perempuan sedang berkaca (Edwin Tan)

Tampaknya, Chika memahami body positivity dengan cara yang bertolak belakang.

Saat ditanya mengenai pemahaman body positivity, dia bilang bahwa seruan itu hanya sebagai pengingat penerimaan diri saja tanpa ada usahanya.

Dia seakan menelan mentahmentah body positivity dengan asumsi yang salah hingga berbalik jadi toxic positivity.

Baca Juga: Anak Dibully Temannya, Ini Saran dari Psikolog untuk Orangtua 

Misalnya berdalih untuk self reward, sebenarnya malah mendukung kebiasaan buruk seperti compulsive buying hingga tidak ada kesadaran merawat dan menghormati diri sendiri, yang disembunyikan di balik kata body positivity.

Padahal kan body positivity sendiri bukan sekadar berfokus pada bentuk dan ukuran tubuh.

Banyak aspek lain yang juga turut hadir di dalamnya.

Baca Juga: Keriting Itu Cantik! Yuk, Ikut Gerakan Kriwil.id Biar Kamu Makin PD