Ramai Disinggung Saat Debat Capres Terakhir, Ini Cara Mencegah Stunting Menurut Dokter Gizi

By Maria Ermilinda Hayon, Minggu, 4 Februari 2024 | 21:45 WIB
Cara Mencegah Stunting Menurut Dokter Gizi (yamasan)

NOVA.id - Debat Capres (Calon Presiden) terakhir untuk Pemilu 2024 baru saja berlangsung pada Minggu, 4 Februari 2024 malam.

Dalam debat capres ke-5 antara Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo ini, isu mengenai stunting kembali menjadi sorotan.

Salah satunya saat disinggung mengenai cara mencegah stunting yang efektif. 

Pemberian gizi seimbang bagi anak dan perempuan bahkan sebelum menikah dan saat kehamilan berlangsung pun sempat diungkap dalam debat ini.

Terlepas dari proses debat dan siapa capresnya, sebenarnya bagaimana cara mencegah stunting pada anak dari kacamata ilmu kesehatan?

Seperti yang kita tahu, Kementerian Kesehatan saat ini menggalakkan kecukupan gizi anak dalam 1.000 hari pertama (270 hari janin dikandung plus 730 hari sejak bayi lahir)—atau sampai anak berusia dua tahun.

Mengapa? Karena ini adalah rentang waktu yang krusial bagi si kecil.

Di periode ini semua yang terjadi, termasuk gangguan gizi, bisa memberikan berbagai dampak pada hidup si kecil. Pemberian gizi yang salah bisa memengaruhi kesehatan anak sampai dia dewasa.

Kurangnya gizi pada anak bisa membuat pertumbuhan otaknya tidak optimal, sehingga anak mengalami gangguan kecerdasan.

Selain itu, perkembangan fisik si kecil pun bisa jadi tidak normal alias lebih pendek dibandingkan anak normal. Itulah yang terjadi pada anak stunting.

Kalau sudah begitu, perkembangan organ metabolik dalam tubuh anak juga bisa berjalan dengan tidak optimal.

Baca Juga: Cegah Stunting, Perempuan Wajib Tahu Hal Ini Bahkan Sebelum Menikah

Sehingga kelak anak bisa mengalami berbagai penyakit, seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke saat dewasa.

Maka itulah, sebaiknya selama kehamilan ibu harus sudah mencukupi dan menyeimbangkan gizi untuk mencegah stunting pada anak.

Bahkan jika bisa lebih jauh lagi, yakni sudah mempersiapkan dan mencukupi asupan gizi diri sejak merencanakan kehamilan.

Nah setelahnya, saat anak sudah lahir, dan bisa mulai makan makanan pendamping ASI, maka wajib terus dipenuhi gizinya setiap hari dengan dua strategi cara mencegah stunting pada anak ini dari dokter gizi. 

Apa saja?

Tak Asal Seimbang

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.

Alhasil, si kecil akan tumbuh dengan tinggi badan di bawah standar pertumbuhan anak pada umumnya.

Dari hal ini kita bisa lihat bahwa pemenuhan gizi yang seimbang adalah kunci utama untuk mencegah stunting.

Tapi tahukah Sahabat NOVA, bagaimana sebenarnya gizi yang seimbang?

“Seimbang dalam artian asupan makronutrien ada dan dilengkapi dengan mikronutrien,” ujar dr. Diana F. Suganda, MKes, Sp.GK., dokter spesialis gizi dalam Tabloid NOVA edisi 1669.

Baca Juga: Cegah Stunting dan Wasting Sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan, Dokter Sarankan Beri Ini

Makronutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah banyak (karena itu disebut makro).

Ada tiga zat gizi makronutrien, yakni karbohidrat, protein, dan lemak. Itu yang utama. Lalu dilengkapi juga dengan mikronutrien, zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit (karena itu disebut mikro).

Yang termasuk zat gizi mikronutrien yaitu vitamin dan mineral. Walaupun dibutuhkannya sedikit, zat ini tetap penting, kalau tidak cukup, metabolisme tubuh enggak jalan.

Nah, selain seimbang dalam komponen, kita juga harus memerhatikan komposisi takaran makanan yang diberikan pada si kecil. Ya, walaupun komponen sudah seimbang—ada daging, sayur, tempe, nasi, dan buah— bila anak makan dengan komposisi takaran yang tidak seimbang, maka percuma.

“Biasanya pengalaman saya kalau bertanya di poli, yang dibuat kenyang adalah porsi karbonya dibanyakin. Lalu tambahannya asal ada aja. Misal, yang penting ada sayur, padahal yang banyak kuahnya. Lalu, tempenya satu dua sendok aja. Kan seimbang, dok, ada semua. Iya. Tapi, komposisinya benar enggak? Jangan sampai hanya asal kenyang,” ujar dr. Diana.

Maka itu, dr. Diana menyarankan agar kita bisa membaca dan menakar kebutuhan anak berdasarkan kegiatannya setiap hari dan menyiasatinya.

Saat anak hendak sekolah maka ia akan butuh asupan karbohidrat untuk berpikir dan fokus mengikuti pelajaran. Jadi, untuk sarapan kita bisa memasukkan porsi karbo dan protein lebih banyak.

Dengan menu scrambled egg, telur rebus, ikan, susu, yoghurt, sereal, roti, dan nasi, misalnya. Bagaimana dengan vitamin dan mineralnya?

“Sayur dan buah saat pagi enggak ada, tidak apa-apa. Kita cari yang simpel dan fleksibel,” saran dr. Diana.

Jadi pada pagi hari, kita prioritas dulu kebutuhannya apa. Nanti saat waktunya ngemil di sekolah, bisa ditambahkan buah. Setelah itu, baru makan siang lebih lengkap lagi dengan lemak, karbohidrat, protein hewani, dan nabati.

Demikian pula untuk malam hari. Jadi untuk si kecil, ada adjustment yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Baca Juga: Viral Perempuan Rutin Konsumsi Tablet Tambah Darah untuk Cegah Anemia dan Kehamilan Stunting, Benarkah?

Buat Variasi Makanan

Selain memerhatikan komponen dan komposisi, kita juga wajib memberikan variasi makanan bergizi bagi si kecil untuk cara mencegah stunting. Jangan sampai si kecil setiap hari bertemu dengan tahu, tempe, ayam, dan sayur bayam, ya.

Bergizi memang, tapi toh masih ada jenis makanan lain yang memiliki kandungan nutrisi berbeda untuk tumbuh kembang anak kita.

“Dalam satu hari pun kalau bisa menu tidak berulang. Jadi ada variasi. Karena makan sayur hijau, sayur oranye, sayur ungu, itu kandungan antioksidannya beda-beda. Enggak bisa hanya sayur hijau terus. Pagi bayam, siang ada tomatnya, malam pakai terong, misalnya. Nah, satu hari bisa berbagai warna. Jadi, walaupun sudah seimbang kalau tidak ganti-ganti, salah juga. Itu juga mencegah kebosanan pada anak,” jelas dr. Diana.

Bagaimana, kalau si kecil sukanya hanya sayur bayam, tempe, atau ayam saja? Kan, jadi sulit memberikan variasi makanan.

Sebenarnya, menyiasati si kecil suka dengan sayur dan aneka jenis makanan harus dimulai sejak dini, bahkan saat ia berada dalam kandungan. Tentu, dengan cara ibunya yang wajib mengonsumsi segala variasi makanan.

Dengan begitu, anaknya pun akan lebih mudah untuk mencoba berbagai jenis makanan saat ia sudah ada di luar kandungan.

Dilanjutkan lagi dengan pemberian ASI dan MPASI dengan pola yang sama. Akan tetapi, jika sudah kadung si kecil beranjak besar dan pilih-pilih makanan atau bahkan menolak makanan, bagaimana?

Tentunya ibu dituntut untuk kreatif dan sabar. Misalnya si kecil tak suka sayur, maka coba buatkan menu enak yang kemungkinan besar dia akan coba.

Seperti smoothies manis dari buah dengan campuran sayur atau kue sayur seperti carrot cake.

“Mamanya tidak boleh menyerah dan harus kreatif. Ada penelitian bahwa anak itu baru mau mencoba makanan atau sesuatu yang baru setelah 10 sampai 15 kali percobaan. Jadi, kalau baru masak dua atau tiga kali terus nyerah, ditambah ngambek, enggak bisa,” pungkas dr. Diana.

Jadi, kalau kemarin si kecil belum mau, besok dicoba lagi, ya. (*)