TabloidNova.com - Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah (Menbudikdasmen) Anies Baswedan secara resmi mengumumkan penghentian pelaksanaan Kurikulum 2013, Jumat (5/12) lalu. Kurikulum 2013 sebelumnya diberlakukan pada era mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh.
Penghentian Kurikulum 2013 (K 13) ini menimbulkan tanggapan yang berbeda. Ada yang pro atau setuju dengan kebijakan yang dikeluarkan Anies, ada pula yang kontra atau menyatakan ketidaksetujuan mengenai penghentian K 13.
Kendati ada dua kubu yang berseberangan mengenai penghentian K 13 ini, namun tampaknya pihak yang pro terhadap kebijakan ini jumlahnya lebih banyak. Selain para guru yang mengaku lega atas penghentian K 13, sejumlah pejabat, kelompok-kelompok masyarakat, orangtua murid, dan para murid sendiri, juga menyatakan kelegaannya.
Salah satu pejabat yang menyetujui penghentian K 13 adalah Wali Kota Bandung Ridwal Kamil. Seperti yang dilaporkan Kompas.com, Minggu (7/12), pria berkacamata yang kerap disapa Kang Emil ini mengaku mendukung penghentian pelaksanaan K 13.
Emil menilai, K 13 membuat beban anak sekolah jadi terlalu berat. "Kurikulum 2013 membuat beban anak semakin besar, itu yang banyak dikeluhkan masyarakat. Anak saya juga menggunakan Kurikulum 2013. Ia pergi pagi, pulang sudah teler, tak ada waktu untuk mengobrol. Ini tidak bagus," ungkap Emil di Bandung, Minggu (7/12).
Sebagai wali kota, ia mengaku akan mendukung kebijakan pusat dalam penghentian K 13. Ia percaya, penghentian ini dilakukan dengan banyak pertimbangan. Yang penting saat ini, lanjutnya, pemerintah pusat memerhatikan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) yang harus dilakukan di level bawah seperti kota atau kabupaten.
"Setiap kebijakan memiliki risiko dan memerlukan persiapan. Saat kebijakan Kurikulum 2013 diberlakukan, tentunya harus ada persiapan. Begitu pula saat kurikulum ini dihentikan, harus ada persiapan pula. Misalnya, buku yang sudah keluar, kan, jadi tidak mudah," imbuhnya.
Sementara itu, di mata para guru, K 13 dinilai telah memberi kesan tak baik kepada para guru di Indonesia. Sehingga tak sedikit guru yang mendukung keputusan penghentian K 13 ini. Seperti yang dipaparkan Ketua Serikat Guru Indonesia (SGI) Kota Purbalingga, Gunawan, para guru masih kebingungan meski telah mendapatkan pelatihan K13. Sebab, katanya, proses pelatihannya hanya berbentuk forum seminar.
"Instrukturnya hanya bermodalkan satu buah flashdisk yang berisi Power Point, kemudian kami para guru disuruh buat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri dan terus dipresentasikan secara sampel," ujar Gunawan dalam diskusi penghentian Kurikulum 2013 dan UN sebagai penentu kelulusan di kantor LBH Jakarta, Minggu (7/12).
Tak hanya itu, Gunawan juga mengungkapkan, materi tingkat sekolah dasar (SD) yang mengikuti K 13 dinilai terlalu tinggi. Menurut Gunawan, materi itu berat untuk tingkat SD. Bila dibandingkan dengan sistem kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), materi kelas VI justru dilaksanakan lebih awal di kelas IV dan V.
Terkait pelatihan guru, Ketua SGI Kabupaten Bima, Fahmi Hatib, mengatakan, seharusnya dilakukan selama lima hari. Namun pada kenyataannya, pelatihan guru hanya dilakukan tiga hari. Sehingga pelatihan tersebut dianggap tak cukup untuk mengubah pola pikir guru dalam proses pembelajaran.
"Bahkan saat pelatihan, instrukturnya memberikan arah pembocoran kunci jawaban untuk post test agar tergambar bahwa pelatihannya berhasil. Ini, kan, pembohongan publik," ungkap Fahmi.