Mesoterapi untuk Rambut Rontok

By nova.id, Rabu, 5 Mei 2010 | 17:05 WIB
Mesoterapi untuk Rambut Rontok (nova.id)

Mesoterapi untuk Rambut Rontok (nova.id)
Mesoterapi untuk Rambut Rontok (nova.id)

"Foto: Alain Schroeder/Getty Imeges "

Bagi sebagian besar kaum wanita, rambut memiliki arti penting bagi penampilan.

Tak jarang mereka rela mengeluarkan dana yang cukup besar untuk perawatan rutin demi memiliki rambut yang indah dan sehat. Bahkan untuk menikmati produk perawatan rambut yang berharga jutaan rupiah sekalipun.

Namun tak sedikit pula wanita yang diam-diam menyembunyikan permasalahan rambut rontok. Mengakali dengan gaya rambut berbeda hingga menutup rambut dengan aksesori maupun rambut palsu.

Sebuah penelitian di Amerika menyatakan, 5 persen wanita berusia di bawah 30 tahun dan 60 persen wanita di atas 70 tahun menderita kerontokan rambut (Mary Gail Mercurio, MD, professor of dermatology, University of Rochester, Rochester, NY).

Meskipun angka kejadian tidak terlalu banyak, namun menyembunyikan masalah kerontokan, dapat membuat kebotakan lebih permanen. Sebaliknya, bila dilakukan upaya kuratif lebih dini akan memperbesar peluang kesuksesan memperbaiki penampilan rambut.

Berkat terobosan di bidang teknologi, kini banyak akternatif yang bisa ditempuh untuk mengatasi kerontokan rambut.

Salah satu yang ditawarkan dari bidang kecantikan adalah mesoterapi untuk mengatasi kerontokan rambut, demikian diungkapkan dr. Karina F. Moegni, SpBP, dari Klinik Wanita, RS Royal Progress-Jakarta.

Fase Normal Rambut

Dalam dunia medis, rambut dipahami sebagai salah satu bagian penyusun kulit yang dapat ditemukan di hampir seluruh tubuh manusia kecuali telapak tangan dan kaki, kuku, dan bibir.

Secara garis besar, rambut pada manusia digolongkan menjadi dua. Pertama, rambut terminal atau rambut kasar yang kaya akan pigmen seperti pada rambut kepala atau ketiak. Lalu adapula rambut velus atau rambut halus dengan sedikit pigmen yang terdapat pada hampir seluruh tubuh.

Masing-masing rambut memiliki 3 bagian utama, kutikula, korteks, dan medula. Kutikula merupakan bagian terluar rambut berupa lapisan keratin yang berperan dalam hal perlindungan. Sedangkan korteks adalah bagian dari rambut yang mengandung pigmen yang akan memengaruhi warna rambut seseorang. Medula, bagian tengah rambut, hanya dimiliki oleh rambut kasar.

Setelah terbentuk, rambut me­ng­alami siklus pertumbuhan bervariasi pada setiap orang. Meliputi fase anagen, katagen, dan telogen.

Fase anagen atau fase pertumbuhan, akan dialami selama 2-6 tahun. Pada fase ini rambut akan bertambah panjang 0,35 mm/hari atau sekitar 1 cm/bulan. Selanjutnya adalah fase katagen atau fase peralihan, yang akan berlangsung selama 2-3 minggu dan diikuti dengan fase telogen atau masa istirahat.

Pada masa ini akan terbentuk rambut baru yang menggantikan rambut lama, berlangsung selama 3-4 bulan. Dalam keadaan normal, 90 persen dari keseluruhan jumlah rambut berada dalam fase pertumbuhan.

Penipisan Rambut

Setiap harinya dalam keadaan normal, terdapat sejumlah 50-100 helai rambut kepala yang akan rontok. Akan tetapi jumlah tersebut tidak akan menimbulkan penipisan rambut kepala yang berarti.

Penipisan rambut alami terjadi pada setiap orang akibat proses penuaan. Namun akan berujung pada kebotakan bila laju kerontokan lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan rambut. Atau, helai rambut baru yang terbentuk lebih tipis dibandingkan rambut yang digantikannya, maupun bila rambut tumbuh dengan pola tertentu (pattern of baldness).

Kerontokan rambut atau hair loss adalah suatu keadaan kehilangan rambut berkisar antara 120 helai per hari atau lebih. Kerontokan dapat terjadi hanya di satu area saja (lokal) ataupun difus. Apabila kondisi ini dibiarkan maka akan mengakibatkan kebotakan.

Hormon, Kebiasaan, hingga Nutrisi

Beberapa faktor turut memengaruhi pertumbuhan rambut, mulai hormon, metabolisme tubuh, nutrisi, aliran darah, peradangan setempat ataupun menyeluruh, atau penggunaan obat-obatan tertentu.

Penyebab kerontokan rambut sangatlah beragam, kekurangan protein dan zat besi, perubahan hormonal seperti menopause, kelainan trichotillomania (hair-pulling disorder), tiroid yang hiperaktif, infeksi kulit kepala, pewarna rambut, bleaching, pelurus rambut, pengaruh obat asam urat, obat arthritis (radang sendi), obat depresi, dan obat darah tinggi.

Bisa juga disebabkan pil kontrasepsi serta tindakan medis berupa kemoterapi atau radioterapi.

Penyebab lain kerontokan rambut, bisa disebabkan kelebihan hormon androgen atau disebut pula androgenic alopecia. Kerontokan ini terjadi secara difus mulai dari puncak kepala atau bermula dari atas kepala maupun belahan tengah rambut kemudian meluas. Pada pria, kebotakan jenis ini bisa bermula dari batas dahi ke belakang sehingga dahi menjadi lebih lebar.

Kronologis kebotakan ini disebabkan rambut baru lebih rentan rontok dibanding rambut sebelumnya akibat kelebihan hormon androgen. Seorang perempuan yang mengalami kebotakan jenis ini, tidak boleh mendapatkan obat kontrasepsi yang mengandung dominan progesterone.

Kelainan ini bersifat diturunkan dan memengaruhi usia timbul, kecepatan, pola dan luasnya kebotakan seseorang.

Kebotakan juga dapat disebabkan penyakit seperti Lupus Eritematosus atau Lichen Planus. Kebotakan yang disebut juga sebagai cicatricial (scarring) alopecia ini timbul dengan ciri khas jaringan parut pada daerah tumbuhnya rambut serta timbul menyertai kondisi peradangan.

Selain itu, kelainan autoimun juga bisa menyebabkan kebotakan setempat (alopecia areata) berbatas tegas yang bisa muncul di mana saja. Bisa di belakang, atas, maupun samping kepala. Bentuknya seperti pitak kecil hingga besar (tidak beraturan). Kebotakan ini biasanya dikaitkan dengan riwayat penyakit autoimun dalam keluarga.

Kerontokan rambut dapat dipicu oleh perubahan suhu tubuh yang ekstrim atau dikenal dengan telogen effluvium. Demam di atas 39 derajat Celsius akibat tekanan psikis, stres mental yang kuat, pasca melahirkan maupun pada bayi yang baru lahir dapat menyebabkan siklus rambut terganggu.

Kerontokan rambut jenis ini sifatnya sementara, dengan ciri rambut yang menipis. Umumnya rambut akan tumbuh kembali setelah penyebab teratasi, meski butuh waktu berbulan-bulan.

Penataan rambut yang menyebabkan rambut teregang berlama-lama seperti kepang, belahan rambut yang itu-itu saja, kuncir terlalu kuat dan sebagainya juga dapat menyumbang kerontokan rambut.

Tatanan rambut ini menyebabkan kerontokan di sepanjang belahan rambut dan area rambut yang teregang. Namun rambut dapat tumbuh kembali bila perlakuan tersebut dihentikan sebelum terbentuk jaringan parut pada kulit tempat tumbuhnya rambut tersebut.

Mesoterapi pada Kebotakan

Saat mengalami kerontokan atau kebotakan, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan wawancara termasuk riwayat keluarga serta pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis. Bila diperlukan, dokter kan menyarankan beberapa tes, seperti tes tarik (pull test), mengambil beberapa helai rambut dan sedikit kulit sekitarnya untuk diperiksa, biopsy, atau beberapa pemeriksaan laboratorium bila dicurigai adanya penyakit yang mendasari.

Setelah diketahui penyebabnya, dokter dapat melakukan tindakan medis yang diperlukan. Dapat berupa penggunaan obat-obatan dan tindakan operasi, bergantung pada penyebab kerontokan, luasnya kebotakan, dan respons terhadap terapi dari masing-masing individu

Kini mesoterapi juga menjadi salah satu pilihan terapi medis pada kebotakan. Dengan biaya berkisar Rp 1-2 juta, pasien kebotakan sudah dapat melakukan terapi obat-obatan dengan teknik memasukkan obat ke lapisan mesoderm (bawah kulit) ini. Sehingga kondisi di daerah kebotakan menjadi lebih baik.

Cara melakukannya, dengan penyuntikan kombinasi obat-obatan tersebut ke area kebotakan, baik dengan jarum suntik biasa, mesogun ataupun mesoroller. Teknik ini memungkinkan injeksi obat golongan vasodilator seperti ginkgo biloba dan minoxidil, vitamin (A, C, B5, biotin), hormon seperti finasteride, serta trace element seperti sulfur dan zinc sesuai kebutuhan mengatasi kerontokan.

Namun sebelum terapi dilakukan, dokter akan menyarankan penderita melakukan terapi secara rutin dengan jarak 1 minggu untuk 1 bulan pertama, diikuti dengan terapi setiap 2 minggu selama 2 bulan, lalu penjadwalan berkala bergantung dari kemajuan yang didapat.

Mesoterapi ini dapat berhasil dengan baik bagi penderita androgenetic alopecia dan telogen effluvium, serta pada beberapa kasus alopecia areata. Namun terapi ini tidak dianjurkan pada wanita hamil karena dapat menyebabkan kelainan bawaan pada janin laki-laki.

Laili Damayanti

Model : Xianny