Anak Tak Mau Pulang ke Rumah

By nova.id, Jumat, 30 April 2010 | 17:07 WIB
Anak Tak Mau Pulang ke Rumah (nova.id)

2.Tidak ada teman

Anak membutuhkan teman untuk bermain. Sementara, mungkin orang tua merasa tak perlu menemani anaknya bermain karena ada tugas lain yang harus dikerjakan. Hal ini juga kerap terjadi pada pengasuh yang merangkap sebagai pembantu rumah tangga. Mereka akan lebih mengutamakan pekerjaan rumah tangga daripada bermain dengan anak asuhnya. Akhirnya anak kesepian dan lebih suka bermain di rumah anak lain yang sebaya.

3. Masa sosialisasi

Yang dimaksud dengan masa sosialisasi ini, bukanlah sosialisasi 2 arah. Anak memang membutuhkan teman tapi bukan untuk saling berbagi cerita. Utamanya adalah kehadiran orang lain untuk menemaninya bermain. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi di rumah, anak akan mencari teman di luar rumah.

4. Merasa tidak nyaman

Kebiasaan mengeluarkan larangan kepada anak membuatnya merasa tidak nyaman berada di rumah. Akhirnya anak akan membuat perbandingan ketika berada di rumah orang lain yang menurutnya lebih nyaman. Apakah itu karena di sana peraturannya lebih longgar, atau ada orang dewasa lain yang memberikan perhatian lebih, bahkan memanjakan.

YUK BIKIN ANAK BETAH!

* Bila anak mulai terlihat lebih senang berlama-lama di rumah orang lain, segera cari tahu penyebabnya. Apakah ia lebih dimanjakan di sana, atau aturan di rumah itu lebih longgar.

* Jika benar demikian, buatlah evaluasi terhadap aturan yang kita terapkan selama ini. Lakukan kompromi jika perlu. Kompromi sebaiknya tidak saja dilakukan di rumah kita tapi juga di rumah orang lain yang menjadikan si prasekolah betah berlama-lama.

Misalnya, bila anak dimanjakan di rumah eyang, saudara atau temannya, cobalah untuk meminta kepada mereka untuk tidak memanjakan. Sampaikan apa saja kebiasaan yang diterapkan untuk anak di rumah. Bila penyebabnya berkaitan dengan ketatnya aturan di rumah, tak ada salahnya longgarkan sedikit aturan itu asalkan tidak turun dari standar sebelumnya. Itu juga berarti orang lain seperti eyang, saudara, dan orang tua temannya juga harus melakukan kompromi dengan memperketat aturan hingga didapat titik temu. "Tentunya hal ini harus disampaikan lewat pembicaraan yang hati-hati, karena bisa jadi malah menimbulkan kejengkelan karena telah mencampuri urusan rumah tangga orang lain," kata Dra. Mien R. Sumartono dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia.