Mengenang Sang Iron Lady, Cincin Baru di HUT Perkawinan Terakhir (2)

By nova.id, Rabu, 9 Mei 2012 | 05:45 WIB
Mengenang Sang Iron Lady Cincin Baru di HUT Perkawinan Terakhir 2 (nova.id)

Mengenang Sang Iron Lady Cincin Baru di HUT Perkawinan Terakhir 2 (nova.id)
Mengenang Sang Iron Lady Cincin Baru di HUT Perkawinan Terakhir 2 (nova.id)

"Meski sedih kehilangan orang yang dicintai. Mamahit dan ketiga anakny berusaha tegar saat pemakaman. (Foto: Eng Naftali/NOVA) "

"Jangan Sedih, Kamu Harus Ikhlas..."

Sama seperti sang ayah, putra kedua Endang, Awandha Raspati Mamahit, juga terlihat tegar. Ia segera terbang dari Jenewa setelah mendapat kabar kondisi sang ibu makin buruk.

Kapan terakhir berkomunikasi?

Terakhir komunikasi dengan Mama lewat Skype, Rabu (2/5). Saat itu saya sedang transit di Abu Dhabi dalam perjalanan ke Jakarta. Mama sebenarnya masih mendengar tapi hanya bisa memberi reaksi dengan gerakan tangan. Saya bilang, "Ma, Wandha mau pulang." Mama mengacungkan jempol menandakan "Oke". Saya tanya lagi, "Mama sakit, enggak?" Mama memberi isyarat "tidak" lewat tangan. Mama juga masih bisa menulis, "Jangan sedih dan nangis, ya. Semua terserah Allah mana yang terbaik. Kamu harus ikhlas."

Tadinya saya baru akan akan pulang setelah selesai kuliah tapi ternyata kondisi Mama makin menurun. Akhirnya saya putuskan pulang lebih awal. Sayangnya, saya tidak sempat mengantar kepergian Mama...

Seperti apa sosok Mama?

Sebelum dan sesudah jadi menteri, Mama tidak pernah berubah. Kalau di keramaian, Mama justru kurang nyaman karena Mama, kan, peneliti. Sifat peneliti itu introvert, tertutup, tapi dalam arti positif. Saat Mama diangkat jadi menteri, tentu saja kami senang karena Mama bisa mengaplikasikan ide dan apa yang dipelajari selama ini, meski waktu Mama buat keluarga pasti akan berkurang.

Bagaimana Mama menceritakan penyakitnya kepada anak-anak?

Mama selalu berkata apa adanya, tidak mempermanis ataupun memperburuk. Kami harus bisa menerimanya. Meski awalnya syok karena Mama terlihat begitu sehat meski sudah stadium IV.

Ada rencana yang batal?

Tanggal 12 Mei nanti sebenarnya saya diwisuda. Sejak dua bulan lalu, sebelum Mama stroke, saya sudah bilang, Mama dan Papa harus datang saat wisuda. Tidak lama setelah itu ternyata Mama stroke.

Apa makanan favorit buatan Mama?

Mama hampir jarang masak. Mama suka bikin chicken fillet yang rasanya enak banget tapi kalau disuruh mengulang masakan yang sama, Mama enggak bisa dan enggak mau. Baru kalau ada mood Mama masak.

Bagaimana rasanya saat Mama dibicarakan orang?

Saya tidak pernah percaya apa yang dimongin orang tentang kejelekan Mama. Saya lebih percaya Mama. Awal-awalnya saya marah kenapa Mama dijelekin karena Mama tidak seperti itu. Tapi kami memang tidak bisa menyenangkan semua orang dan kenyataan itu tentu saja harus diterima.

Ada firasat sebelum kepergian Mama?

Tidak ada sama sekali. Begitu juga saat Mama terserang stroke. Saya percaya, Mama akan bisa melewatinya karena selama 1,5 tahun sudah berjuang keras melawan penyakitnya. Hati Mama kuat, meski sosoknya mungil dan lemah gemulai.

Bagi kami, Mama itu iron lady. Bayangkan saja, Mama bisa kuliah, belajar, bikin paper sendirian di luar negeri selama bertahun-tahun tanpa ada keluarga. Mama jadi figur buat anak-anaknya. Meski ditinggal, kami juga tidak menjadi sosok manja, sedih, lalu malas sekolah. Mama juga selalu mengajarkan untuk menghargai pilihan orang.

Hasuna Daylailatu, Noverita, Renty, Sukrisna