Curahan Hati Valencia Mieke Randa: Karya Tuhan Bukan Produk Gagal (2)

By nova.id, Senin, 16 Januari 2012 | 23:27 WIB
Curahan Hati Valencia Mieke Randa Karya Tuhan Bukan Produk Gagal 2 (nova.id)

Kepada guru, aku menitipkan obat epilepsi dan menjelaskan keadaan Andre dan instruksi bila tiba-tiba dia kambuh di sekolah. Untung para guru mau mengerti. Mereka membiarkan Andre asyik dengan dunianya untuk sementara, lalu pelan-pelan menariknya ke pergaulan di kelas. Terapi ini berhasil. Karena merasa nyaman, dia mulai membaur meski belum berkomunikasi.

Curahan Hati Valencia Mieke Randa Karya Tuhan Bukan Produk Gagal 2 (nova.id)
Curahan Hati Valencia Mieke Randa Karya Tuhan Bukan Produk Gagal 2 (nova.id)

"Diari yang ditulis Aurel dalam Bahasa Inggris diminati sebuah penerbit untuk diterbitkan dalam bentuk buku (Foto: Adrianus Adrianto/NOVA) "

Provokasi Eliminasi

Rupanya, Hiroshi menuruni bakat alergiku dan suami. Reaksinya antara lain muntah, diare, dan bercak merah di kulit. Tubuh Hiroshi jadi makin kurus. Kembali kubaca buku dan buka internet. Kuputuskan untuk memberinya makan dengan sistem provokasi eliminasi. Misalnya, kuberikan beberapa gram hati sapi yang kucampur pada nasi. Kalau makanan yang kuprovokasi itu menimbulkan alergi, kueliminasi dari daftar menu dan baru kuberikan lagi sebulan kemudian.

Kalau tak bereaksi, menunya kucontreng di buku diari dan kuberikan lagi seminggu kemudian. Ternyata, hampir semua makanan menimbulkan alergi bagi Hiroshi. Semua makanan kuberikan satu per satu. Misalnya, nasi dan brokoli atau nasi dan hati. Untuk menangani kebutuhan Hiroshi ini, aku punya buku diari setebal Alkitab. Tiap hari kucatat di situ menu apa saja yang kuberikan, jumlah pemberian, tanggal, reaksi, dan kapan boleh diberikan lagi. Aku juga beli timbangan yang ukurannya sampai miligram.

Provokasi eliminasi ini amat membantu. Saat eliminasi, tubuhnya membentuk imunitas. Ketika menu itu diberikan lagi sebulan kemudian, tubuh Hiroshi mulai mengenali sehingga tak terlalu menolak. Porsi juga tetap agar tubuhnya tak kaget. Setelah itu, pemberian menu itu kuperpendek rentang waktunya jadi seminggu sekali. Begitu terus sampai akhirnya sekitar sembilan bulan kemudian, semua makanan yang kuberikan pada Hiroshi tak lagi menimbulkan alergi.

Pelan-pelan tubuhnya mulai berisi. Aku mempelajari provokasi eliminasi ini dari internet. Awalnya, Hiroshi kubawa ke dokter yang menyarankan aku memberi obat. Aku kasihan bayi sekecil itu harus minum obat. Lebih baik cara alami, sederhana saja. Saat diimunisasi, kan, sebetulnya bayi diberi penyakit yang dilemahkan. Nah, makanan juga sama. Kalau diberikan sedikit demi sedikit dalam jangka waktu lama, akhirnya bayi akan kebal.