Selama ini, lanjut Widodo, setiap kali Merapi menjadi aktif dan "batuk-batuk", tempat tinggal Mbah Maridjan selalu lolos dari bahaya. Bahwa kali ini bahaya besar mengancam, "Sudah diprediksi si Mbah setelah setelah sebuah batu berbentuk segitiga di kawah Merapi mengalami erupsi. Bapak bilang ke Pak Agus, setelah batu segitiga itu hilang, Kinahrejo pasti kena."
Widodo menyadari, sang ayah adalah panutan warga sekitar, namun bapaknya tak pernah memaksa warga untuk tidak turun dari Merapi. "Itu terserah warga," ucap Widodo. Selama ini Mbah Maridjan bergeming jika dibujuk turun dari Merapi. Oleh siapa pun. "Bapak hanya menurut pada Sultan HB IX yang mengangkatnya jadi juru kunci."