Marini, S.Pd: Mereka Kunci Surga Saya...

By nova.id, Kamis, 17 Desember 2015 | 10:36 WIB
Marini, Sp.D Mereka Kunci Surga Saya (nova.id)

Mereka memang hebat! Pada Olimpiade sebelumnya di Yunani, mereka bisa membawa 15 medali emas. Selain pemerintah, berbagai pihak juga mulai melirik keberadaan atlet-atlet ini. Pada Olimpiade kemarin, mereka yang meraih emas mendapat bonus Rp200 juta. Sampai orangtua mereka juga bingung. Lebih-lebih ada anak yang mendapat 3 medali emas. Bonusnya Rp600 juta!

Meskipun bonus pelatih enggak sampai segitu, alhamdulillah saya masih mendapat bonus. Tapi saya tidak pernah melihat nominalnya. Melihat mereka berprestasi, sehat dan bugar saja sudah membuat saya senang.

Bagaimana persiapan yang dilakukan sebelum mengikuti pertandingan?

Sama seperti atlet lain, kami juga memiliki Training Center. O iya, persiapan untuk Special Olympics di Los Angeles ini dilakukan di bulan Ramadhan, lo. Usai lebaran, kami berangkat.

Apa momen yang paling membanggakan selama menjadi seorang pelatih?

Coba saya tanya, kapan lagu Indonesia Raya dikumandangkan di negara lain? Ada dua penyebabnya, pertama ketika Presiden datang berkunjung ke sebuah negara. Kedua, ketika atlet kita menjadi juara dalam sebuah pertandingan olahraga. Itulah saat dimana saya merasa sangat bangga. Melihat mereka naik ke podium saja cukup membuat saya bahagia.

Alhamdulillah saya juga bisa mengunjungi beberapa negara sejak menjadi pelatih. Ketika mengikuti Olimpiade di Los Angeles, bahkan saya bisa bertemu artis-artis kelas dunia. Soalnya Special Olympics ini dihadiri artis-artis papan atas Hollywood seperti Oscar de la Hoya dan Keanu Reeves. Bahkan, acara itu dibuka Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama. Walau enggak bisa salaman, saya bisa melihat mereka dari dekat.

(Sejak menjadi pelatih, Marini menyabet berabagai penghargaan, di antaranya Penghargaan dari Kemenpora sebagai Pelatih Olahraga Prestasi dan salah satu dari 9 Pahlawan Untuk Indonesia dari MNC TV).

Saya enggak pernah terpikir saya bakal mendapat penghargaan. Semua saya lakukan dengan ikhlas. Saya juga enggak tahu dari mana mereka bisa memasukan saya sebagai kandidat. Semua seperti mimpi.

Apa, sih, suka dan duka menjadi pelatih?

Anak-anak ini kadang mood>-nya enggak bisa ditebak. Kalau mereka sedang kesal, enggak jarang saya kena pukul. Susah awalnya untuk membuat mereka kembali mood dan berlatih. Malah saya sudah berapa kali ditampar. Ha ha ha.

Mereka juga kadang suka iseng. Saat pertama kali melatih mereka, celana saya ditarik sampai kedodoran. Tapi, saya enggak menyerah. Saya bersyukur pelatih-pelatih senior membantu saya beradaptasi. Pokoknya butuh kesabaran ekstra, deh.