Cek dari Sekarang! 5 Jenis Tes Kesehatan Penting untuk Perempuan dan Biayanya

By Ade Ryani HMK, Rabu, 3 Mei 2017 | 08:30 WIB
Sudah Cek Belum? 5 Jenis Tes Kesehatan Penting Bagi Perempuan dan Biayanya (Ade Ryani HMK)

Kesadaran melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau Medical Check Up (MCU) penting bagi perempuan.

Bahkan, harusnya menjadi agenda prioritas.

Berikut jenis-jenis pemeriksaan yang wajib dilakukan perempuan.

1. Skrining Mamografi

Penyakit kanker payudara menjadi momok untuk perempuan dan setiap tahun jumlah penderitanya terus bertambah.

Perempuan menjadi korban karena kurang peduli dengan kesehatannya.

Untuk itu, diwajibkan bagi perempuan di usia dini untuk melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).

Sehingga apabila ada kelainan, seperti ditemukan benjolan di payudara, dapat bisa langsung diperiksa dan dikonsultasikan dengan dokter ahli.

(Baca: #29CaraSehat: Deteksi Benjolan di Payudara, Tes Mammogram Penting untuk Perempuan 40 Tahun)

Sedangkan untuk perempuan berusia di atas 40 tahun, wajib melakukan pemeriksaan mamografi dua tahun sekali.

Namun ada catatan bagi mereka yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga, pemeriksaan dianjurkan untuk dilakukan lebih sering dan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. 

Tak perlu cemas karena pemeriksaan mamografi dilakukan dengan pemotretan X-Ray.

(Baca: Perlu Tahu! Ini 12 Tanda Kanker Payudara yang Bisa Dilihat Tanpa Alat)

Prosedurnya juga tidak rumit, hanya dengan menekan payudara di setiap sudut untuk mendapatkan hasil pemotretan X-Ray.

Hasilnya pun juga bisa langsung didapatkan pada hari yang sama.

Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan ini bagi perempuan yang tengah hamil atau menyusui.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan mamografi sekitar Rp400.000.

(Baca: 4 Pemeriksaan Efektif untuk Mendeteksi Risiko Kanker Payudara)

2. Tes Papsmear dan IVA

Dua jenis pemeriksaan ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendeteksi adanya kanker serviks secara dini.

Pemeriksaan yang diperuntukkan bagi perempuan di bawah 30 tahun dan aktif secara seksual ini wajib dilakukan setiap tahun.

Sedangkan untuk perempuan berumur di atas 30 tahun, setelah tiga tahun berturut-turut melakukan papsmear dan hasilnya normal, dapat melakukan pemeriksaan dengan jangka waktu lebih lama, yaitu dua hingga tiga tahun sekali.

(Baca: Ternyata Papsmear dan Tes IVA Tidak Mahal, Tapi Sangat Penting untuk Wanita)

Papsmear dan IVA memang memiliki treatment yang berbeda dalam metode pemeriksaan.

Untuk pemeriksaan dengan tes IVA, petugas akan memberikan asam asetat dan melihat perubahan pada sel mulut rahim.

Kelebihannya, tes ini tidak memakan biaya mahal dan disediakan di tingkat Puskesmas dengan biaya sekitar Rp25.000.

Sedangkan untuk pemeriksaan papsmear, metode yang dilakukan adalah mengambil secara langsung sel di mulut rahim dan diperiksa oleh ahli patologi anatomi dengan bantuan mikroskop sehingga dapat melihat perubahan sel serta tingkatannya.

(Baca: Cegah Kanker Leher Rahim, Umur Berapa Sebaiknya Perempuan Vaksin HPV?)

Biaya papsmear memang jauh lebih mahal daripada tes IVA, yakni mulai Rp125.000 ke atas, biasanya sekalian ditambah biaya untuk USG organ kandungan.

Metode pemeriksaan papsmear dianggap paling akurat.

Meskipun hasilnya tidak 100% benar, tetapi ketelitian dan keakuratan papsmear dikatakan mencapai lebih dari 90% dan dapat menjadi sumber referensi yang valid.

Dengan melakukan papsmear, maka perempuan bisa segera mendapatkan penanganan khusus apabila terdapat kelainan.

Lewat papsmear atau IVA, infeksi virus juga dapat segera terlihat dan dapat segera diobati.

Kebanyakan perempuan masih menganggap hal ini sepele, padahal apabila infeksi virus menjelma dan berlanjut menjadi kanker serviks, maka penanganannya lebih serius dan mengancam jiwa.

(Baca: Ini Usia dan Dosis Vaksin HPV Agar Perempuan Bebas dari Risiko Kanker Leher Rahim)

3. Tes Kepadatan Tulang (Dexa)

Tak hanya kesehatan payudara dan serviks, tulang pun harus diperhatikan.

Tes kepadatan tulang juga penting. Tes ini bertujuan memeriksa kekuatan tulang dan kemungkinan pengeroposan.

Perlu diketahui bahwa penyakit osteoporosis lebih banyak dialami oleh kaum hawa dibandingkan kaum adam.

(Baca: Mudah, 2 Cara Tes Fleksibilitas Tubuh dan Kesehatan Tulang yang Bisa Dicoba)

Biasanya, perempuan yang memiliki riwayat penyakit asma dan tiroid memiliki risiko tinggi terhadap penyakit osteoporosis.

Begitu pula pada perempuan yang memiliki gangguan hormonal, menstruasi tidak teratur, atau perempuan yang pernah menjalani operasi pengangkatan rahim.

Lebih banyak lagi osteoporosis yang menimpa perempuan yang sudah memasuki masa menopause.

(Baca: Catat! Ini 3 Tahap Menopause, Gejala dan Keluhan yang Sering Dialami Perempuan)

Untuk mengukur kepadatan mineral tulang atau densitometry, digunakan alat yang disebut densitometer.

Alat ini dapat melihat jumlah kalsium dan mineral tulang lainnya dalam ukuran milligram yang terkumpul dalam setiap satuan luas sentimeter persegi dari bagian tulang.

Semakin tinggi kandungan mineralnya,  maka semakin padat pula massa tulang, yang berarti tulang makin kuat.

(Baca: Sama-sama Bikin Tulang Keropos, Apa Bedanya Osteoporosis dan Kanker Myeloma?)

Tes kepadatan tulang dapat dilakukan satu atau dua tahun sekali.

Namun, bagi perempuan yang kemudian terdeteksi, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang setiap enam bulan hingga satu tahun sekali.

Untuk menjalani tes ini, selama 24 jam tidak boleh mengonsumsi suplemen atau susu berkalsium tinggi agar tak memengaruhi hasil tes.

Biaya yang biasanya dikeluarkan untuk melakukan tes ini berkisar Rp500.000 ke atas.

4. Tes Kesehatan Jantung

Tes ini juga seharusnya menjadi prioritas para perempuan.

Pemeriksaan jantung untuk perempuan biasanya dilakukan dengan melihat tekanan darah, kemudian tes darah dan melihat berat badan.

Perempuan yang telah berusia 18 tahun perlu memeriksakan tekanan darah minimal dua tahun sekali.

Apabila mendapatkan tekanan darah tinggi dan memiliki riwayat kesehatan keluarga penderita tekanan darah tinggi, stroke, serta serangan jantung, maka sebaiknya pemeriksaan dapat dilakukan lebih sering.

(Baca: Jantung Tiba-tiba Berdetak Cepat dan Keras, Waspadai Penyakit Ini)

Supaya lengkap, perlu dilakukan tes darah untuk memeriksa kadar kolesterol dan trigliserida.

Apabila hasilnya kadar kolesterol dan trigileserida termasuk tinggi, berarti indikasi adanya peningkatan risiko penyakit jantung.

Bagi yang masuk dalam kategori memiliki peningkatan risiko penyakit jantung,  sebaiknya melakukan pemeriksaan lebih sering, yaitu satu atau dua tahun sekali.

Sedangkan perempuan yang berusia lebih dari 45 tahun dan tidak memiliki indikasi risiko penyakit jantung dapat melakukan tes darah paling tidak minimal setiap lima tahun.

(Baca: Mengapa Risiko Penyakit Jantung Lebih Kecil Dialami Perempuan?)

Selain pengecekan terhadap tekanan darah dan tes darah, pemeriksaan berat badan juga wajib dilakukan untuk mengukur peningkatan risiko penyakit jantung.

Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko yang besar untuk berbagai kondisi kesehatan, seperti penyakit jantung dan diabetes.

Maka, perempuan dapat mengkonsultasikan bagaimana cara mengukur indeks massa tubuh (BMI) yang ideal agar terhindar dari risiko penyakit jantung.

Biasanya untuk pemeriksaan jantung, paket yang ditawarkan rumah sakit mulai Rp400.000-an.

5. Pemeriksaan Gula Darah

Pemeriksaan kadar gula dalam darah dilakukan untuk mengukur dan mengecek toleransi tubuh terhadap penyerapan glukosa dan seberapa banyak tubuh mampu mengolah gula.

Pemeriksaan diabetes penting diperhatikan para perempuan, karena seringkali kenaikan kadar gula dalam darah muncul pada saat hamil atau istilahnya diabetes gestasional yang membahayakan ibu dan janin.

(Baca: 5 Tips Bagi Ibu Hamil dengan Diabetes Gestasional)

Perempuan pengidap diabetis tipe 2 sebaiknya juga harus memperhatikan gejala penyakit tersebut baik-baik.

Diabetes tipe 2 merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks resistensi insulin akibat rusaknya sel di pankreas.

Beberapa gejala dan tanda mereka yang memiliki risiko tinggi terkena diabetes tipe 2 biasanya berusia lebih dari 45 tahun dan mengalami obesitas, mengalami diabetes gestasional saat hamil, memiliki sindrom ovarium polikistik (pcos) serta memiliki riwayat keluarga pengidap diabetes.

Tes ini bisa dilakukan di awal kehamilan atau yang sudah berusia 45 tahun, sekalipun tidak memiliki risiko atau gejala.

Dalam jangka waktu tiga tahun sekali, sebaiknya melakukan pemeriksaan diabetes.

Biaya untuk tes gula darah ini cukup murah dan bisa dilakukan di puskesmas mulai dari Rp25.000.

(Baca: Daun Isulin Sembuhkan Diabetes, Mitos atau Fakta?)