Untuk menjalin relasi baik di lingkungan pekerjaan maupun di rumah, memang dibutuhkan hubungan timbal balik yang lancar.
Hubungan dua arah yang baik meliputi cara komunikasi kita, baik secara verbal maupun nonverbal.
Jangan salah, komunikasi nonverbal juga sama pentingnya dengan komunikasi verbal.
Sadar ataupun tak sadar, kita secara otomatis membaca ekspresi wajah ataupun sikap seseorang.
Bayangkan bila kita sedang berbicara dengan seseorang, kita akan memperhatikan bagaimana orang tersebut memberikan respon baik dari kata-katanya maupun ekspresinya.
(Baca: Mudah Dikenali, 5 Ciri Ekspresi Wajah Orang yang Sedang Bohong)
Untuk lebih memahaminya, kita harus memperhatikan 8 bentuk komunikasi nonverbal yang berikut.
Ekspresi Wajah
Kita menyimpulkan perasaan seseorang dari ekspresi wajah mereka.
Senyum merupakan ekspresi yang dibutuhkan dalam interaksi sosial, karena banyak membawa pengaruh positif.
Bahkan, tanpa kita perlu melihat langsung, kita bisa merasakan ketika seseorang sedang tersenyum.
(Baca: Untuk Si Pemalu, Ungkapkan Cinta Kita pada Pasangan dengan 10 Bahasa Tubuh Ini)
Kontak Mata
Penelitian menunjukkan bahwa kita bisa menilai perasaan seseorang dari pandangan mata.
Selain itu, pandangan mata juga penting untuk membangun koneksi dengan orang lain.
Pastikan kita selalu melakukan kontak mata dengan lawan bicara kita terutama ketika kita sedang memberikan respon atau feedback.
(Baca: Ketahui Pikiran Lawan Bicara dari Gerakan Kakinya)
Suara
Sejak bayi, kita sudah terbiasa untuk mengenali suara orang yang kita anggap penting, berbeda dengan orang lain yang tidak dekat dengan kita.
Dari nada suara, kita bisa mengenali seseorang berikut dengan ekspresi yang sedang dikeluarkannya.
Faktanya, kita bahkan bisa menilai emosi seseorang hanya dari mendengarkan suaranya saja.
(Baca: Mengharukan! Bayi 4 Bulan Ini Akhirnya Mendengar Suara Ibunya untuk Pertama Kali)
Postur
Hanya dengan melihat bagaimana seseorang bersikap, misalnya dari cara duduk, kita bisa mengenali dan menilai apa yang akan disampaikannya.
Contohnya, ketika kita sedang masuk ke ruang kerja dan melihat rekan kerja kita duduk dengan menyilangkan tangannya, kita akan merasa kurang terkoneksi dengannya.
(Baca: Tangkap Kodenya, Ini 5 Bahasa Tubuh Pria yang Ingin Bercinta dengan Anda!)
Bernapas
Penelitian menunjukkan bahwa emosi kita bisa ditunjukkan dari cara kita bernapas.
Kita bisa menyadari seseorang sedang memiliki tekanan atau sedang marah ketika napasnya pendek dan cepat.
Atau, ketika kita sedang lelah atau jenuh maka kita akan sering menghela napas.
Saat sedang berkomunikasi dengan rekan kerja, hindari untuk menghela napas terlalu sering karena kita bisa dinilai tak menghargai atau bahkan mengganggu percakapan.
(Baca: Ternyata, Anda Bisa Kurus Hanya dengan Bernapas!)
Perhatian
Menurut para peneliti, pada umumnya kita hanya 50 persen fokus pada suatu hal.
Itulah sebabnya mengapa ketika kita sudah berada bersama rekan-rekan kerja kita di kantor, kita masih memikirkan tentang kejadian-kejadian sebelumnya.
Otentik
Dalam menjalin hubungan dengan siapapun, kita harus menjadi diri kita sendiri.
Tak perlu kita memanipulasi atau mengubah perilaku kita, yang harus kita lakukan adalah menjaga sikap untuk tetap dalam suasana yang positif.
Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh James Gross dari Stanford University, menjadi diri kita sendiri akan memicu tekanan darah bekerja dengan normal.
(Baca: Kuis: Sudah Cukupkah Anda Menghargai Diri Sendiri? Cek Disini!)
Empati
Daripada menunggu penilaian orang lain dari kita, lebih baik perbanyak komunikasi dan lebih bangun koneksi dengan relasi kita.
Tak ada salahnya bila kita juga berempati dan saling berbagi pengalaman dengan rekan kerja kita, karena pengalaman buruk atau menyedihkan pasti dialami oleh setiap orang.
Dengan mengingat berbagai bentuk pengalaman itu, kita akan lebih memiliki perasaan ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain.
(Baca: Kembangkan Empati Anak dengan Memelihara Binatang)
Selalu ingat untuk menciptakan suasana yang positif dengan orang lain, karena selain baik untuk hubungan kita dengan orang lain, namun kita juga akan memiliki tubuh dan psikis yang sehat.
Sumber : www.psychologytoday.com