Bahkan, Dhian berani melanjutkan pendidikannya dengan mengambil magister hukum di UI pada 2009.
Namun, di tengah kuliah, kondisi kesehatannya pun mulai menurun.
“Apalagi, teman saya ada yang meninggal. Akhirnya saya kembali rutin berobat,” tutur ibu dari Syifa Khairunnisa dan Shira Kalyana ini.
(Baca: Napas 'Mengik', Mudah Lelah, Jantung Berdebar Keras? Hati-hati Edema Paru)
Dhian merupakan salah satu perempuan pengidap hipertensi paru yang sangat beruntung, karena dikarunia dua buah hati dan melahirkan secara normal.
“Waktu hamil dan menyusui, alhamdulillah saya belum didiagnosa ASD (atrial septal defect atau kerusakan antara kedua ruang dalam jantung) dan PH (pulmonary hypertension),” jelasnya.
Hanya saja, ketika Dhian didiagnosis sekitar 11 tahun yang lalu atau tepatnya saat Dhian berusia 30 tahun, anaknya yang kedua masih berumur satu tahun.
Dhian pun jadi jarang menggendong anaknya karena keterbatasannya.
(Baca: Risiko Terjatuh Saat Hamil Besar dan Cara Mengatasinya)
Saat ini, ibu yang berprofesi sebagai pustakawan ini sangat bergantung pada suaminya yang bekerja sebagai pegawai swasta.
Suaminya pun selalu memastikan kondisi Dhian aman, dan selalu dalam pantauan terutama ketika bepergian sendiri.
Dhian menganalogikan cara bernapasnya dengan menggunakan sebuah sedotan.