NOVA.id – Setiap orang pasti mengidamkan bentuk tubuh yang ideal.
Untuk menurunkan berat badan, pilihan tepatnya adalah menerapkan gaya hidup dan pola makan sehat dengan diet.
Namun, kita tak bisa sembarangan melakukan diet.
Lalu, bagi kita yang memiliki postur tubuh mungil, jenis diet seperti apakah yang tepat?
Dilansir dari laman Women's Health ada empat cara sederhana yang membantu pemilik tubuh pendek untuk menurunkan berat badannya.
Berikut cara tersebut.
(Baca juga: 8 Hal Ini Ternyata Alasan Mengapa Karyawan Bagus Keluar dari Pekerjaannya)
1. Makanlah sesuai kebutuhan
Betsy Opyt, seorang pelatih profesional, menyarankan agar pemilik tubuh pendek menyesuaikan makanan dan camilan yang dikonsumsi dengan tingkat rasa lapar dan kebutuhan energi masing-masing.
Jadi, seberapa tingginya nafsu makan kita, jangan pernah mengonsumsi makanan dengan porsi yang sama seperti orang-orang bertubuh tinggi.
Jika benar-benar mulai memperhatikan sinyal lapar, kita mungkin secara otomatis mulai makan lebih sedikit.
Berdasarkan riset dari the American Journal of Clinical Nutrition, rasa lapar adalah cerminan dari tingkat metabolisme.
Orang dengan tingkat metabolisme yang lebih tinggi - umumnya dimiliki oleh mereka yang bertubuh tinggi - lebih cepat merasa lapar daripada orang bertubuh pendek yang cenderung memiliki metabolisme lambat.
(Baca juga: Tak Disangka, Ini 6 Bahan Makanan yang Dapat Membersihkan Arteri!)
2. Latihan beban
Jika tinggi badan tak bisa lagi bertambah, menurut Betsy Opyt, kita masih bisa menambah laju metabolisme yang kita miliki.
Kuncinya adalah membangun massa otot dan aktif secara metabolik.
Itulah sebabnya dia dan Spano mendorong semua klien mereka yang bertubuh pendek untuk memasukkan latihan kekuatan ke dalam rutinitas olahraga mereka.
Primack menyarankan agar pemilik tubuh pendek melakukan latihan angkat beban setidaknya dua hingga tiga kali per minggu dengan memprioritaskan beban berat.
"Lebih baik untuk mengangkat dumbel seberat sembilan kilo untuk sekali waktu daripada dumbel seberat setengah kilo sebanyak 20 kali.
Olahraga untuk menambah massa otot lebih merangsang otot," paparnya.
(Baca juga: Tak Hanya Sambal Bawang Putih, Ayudia Bing Slamet Juga Bikin Sambal Embe yang Rasanya Tak Kalah Nikmat, Penasaran?)
3. Konsumsi protein lebih banyak
Protein sangat bermanfaat untuk menurunkan berat badan karena dapat membuat kita merasa lebih kenyang, mencegah naiknya gula darah dan memicu pelepasan hormon yang membuat kita merasa kenyang.
Tentunya, protein bisa menjadi alternatif untuk mengurangi asupan kalori.
Menurut Spano, protein juga bisa membantu kita membangun massa otot demi mempercepat laju metabolisme.
Berdasarkan riset tahun 2018 yang diterbitkan dalam the Journal of the International Society of Sports Nutrition, jika kita ingin membangun massa otot, selain berolahraga kita juga harus mengonsumsi 0,4 hingga 0,5 gram protein yang disesuaikan dengan tiap kilogram berat badan, sebanyak empat kali setiap harinya.
Jadi, bagi orang berbobot 68 kilo, kita harus mengonsumsi 27 hingga 38 gram protein sebanyak empat kali dalam sehari.
(Baca juga: Menuju Waktu Persalinan, Kate Middleton Dilarikan ke Rumah Sakit)
4. Perhatikan asupan vitamin dan mineral
Untuk menurunkan berat badan, kita harus mengonsumsi lebih sedikit kalori daripada jumlah kalori yang kita bakar setiap harinya.
Tak ada jalan lain untuk mengatasinya.
Sayangnya, itu berarti, untuk menurunkan berat badan, kita mungkin harus mengonsumsi kalori yang cukup rendah - kadang-kadang hingga 1.200 atau bahkan kurang setiap harinya.
Kelaparan bukanlah satu-satunya masalah yang kita alami saat mencoba memotong asupan kalori ini.
Menurut Spano, seseorang juga bisa kekurangan nutrisi saat melakukan hal ini.
(Baca juga: Wah! Kabar Bahagia, Rafathar akan Segera Nambah Adik, Ini Buktinya)
Oleh karena itu, perlu berkonsultasi dengan dokter atau ahli diet untuk menentukan apakah perlu mengonsumsi multivitamin, serat, kalsium, atau suplemen lainnya.
Primack menambahkan bahwa kita tak boleh mengonsumsi kalori kurang dari 1.200 kalori tanpa pengawasan dokter atau ahli diet yang dapat memantau kebutuhan nutrisi dan risiko penyusutan massa otot.(*)
(Ariska Puspita Anggraini/Kompas.com)