Mi Sagu, Sajian Khas Pekanbaru yang Lezat dan Menggoyang Lidah

By Healza Kurnia, Jumat, 20 Juli 2018 | 20:30 WIB
Keunggulan mi sagu di Pondok Sagu Cemara adalah rasanya yang original dan khas (Bagus/NOVA)

NOVA.id - Sejatinya olahan makanan sagu banyak ditemukan di daerah Indonesia bagian timur.

Bahkan sagu di sana dijadikan makanan pokok warganya.

Kini, jika bicara sagu tak melulu hanya orang timur yang dapat menikmati, beberapa daerah lainnya ternyata juga mengolah sagu guna dijadikan ragam kuliner lezat yang siap menggoyang lidah.

Pekanbaru, salah satunya.

Di kota terbesar di kawasan timur Sumatera ini, berbagai makanan sagu tak sulit ditemukan.

Baca juga: Tak Bisa Temani Istri Kemo, Inilah Ungkapan Maaf Indro Warkop

Awalnya olahan ini berasal dari daerah Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Riau.

Barulah menyebar ke daerah lain sampai ke Pekanbaru.

Olahannya pun beragam, tak hanya terpaku pada satu menu.

Kita kenal jika bahan baku mi yang biasa dimakan adalah terigu.

Namun, di Pekanbaru dapat dijumpai mi berbahan dasar sagu.

Tentu bagi yang belum pernah mencicipi akan penasaran dengan tekstur dan rasanya.

Tapi, ayo kita berkunjung ke rumah makan Pondok Sagu Cemara.

Baca juga: Perempuan Ini Hidupkan Kembali

Rumah makan yang terletak di Jalan Cemara Nomor 82, Gobah, Pekanbaru ini menyediakan beragam olahan mi sagu.

Dengan menu andalan mi sagu lembab dan goreng.

Ternyata, proses pembuatannya sederhana.

Sulis Tiwati, pemilik rumah makan Pondok Sagu Cemara menunjukkan cara membuat mi sagu.

Dimulai dari merebus bahan mi sagu mentah.

“Kalau bisa, bahan mi ini sebelum dimasak jangan dicuci. Ini sudah bersih, kok. Kalau dicuci malah lengket dan susah terurai saat perebusan,” tuturnya saat ditemui Mei lalu.

Baca juga: Deddy Corbuzier Ungkap Fakta Disleksia, Benarkah Sulit Bersosialisasi?

Perebusan pun harus menggunakan api kecil pada kompor.

Agar tak terlalu lembek saat penyajian.

Selagi merebus, di kompor sebelahnya Sulis sedang menggoreng bumbu campuran mi.

Dimasukkannya bumbu rempah-rempah, suwiran bawang merah dan putih, beserta potongan udang ebi.

Setelah rebusan mi matang, ditiriskan.

Kemudian mi dicampur dengan aneka bumbu yang tengah digoreng.

Barulah ditambah telur, dan potongan ikan teri.

Baca juga: Wah, Teman Dekat Meghan Beberkan Operasi Thomas Markle Settingan!

“Nah, yang membuat ciri khas mi sagu adalah potongan ikan teri. Di sini kami sajikan mi sagu rasa original. Jadi, campurannya pun enggak banyak. Agar tidak mengurangi keaslian rasanya,” imbuh perempuan 52 tahun ini.

Perbedaan cara penyajian mi sagu goreng dan mi sagu lembap sebenarnya tak banyak.

Hanya saja pada mi sagu lembap harus ditambah air ketika mi dan bumbu tengah digoreng.

Kemudian bumbu rempahnya harus lebih banyak agar terasa dalam kuahnya.

Ketika dihidangkan, sajiannya makin menggugah selera makan.

Baca juga: Deddy Corbuzier Ungkap Fakta Disleksia, Benarkah Sulit Bersosialisasi?

Dengan tambahan kerupuk dan potongan buah timun semakin memperkaya tampilan.

Untuk mi sagu lembap, kuahnya tidak encer seperti umumnya.

Kali ini kuahnya kental lantaran bercampur dengan sagu.

Meski begitu, tetap terasa segar jika diseruput.

Bau rempah berpadu aroma khas ikan teri sekejap menyeruak.

“Nah, kalau mi sagu original seperti ini aroma khasnya,” saut Sulis.

Rasa gurih dari campuran rempah sangat kuat.

Perintilan udang ebi dan ikan teri pun makin menguatkan rasa.

Baca juga: Punya Image Awet Muda, Penampilan Yuni Shara Kali Ini Dikritik, Menua?

Yang unik, tekstur mi pada umumnya ketika dikunyah pasti cepat lebur.

Tapi, mi sagu ini berbeda. Saat dikunyah, mi terasa kenyal.

Jadi, butuh beberapa kali gigitan untuk bisa menelannya.

Tekstur khas ini yang menjadikannya dicari dan dinikmati banyak orang.

Soal harga tak usah khawatir.

Warung yang telah berdiri sejak 2000 silam menawarkan harga terjangkau, hanya mengeluarkan Rp11 ribu, pengunjung bisa menikmati seporsi mi sagu jenis apa pun.

Baca juga: Berasa di Luar Negeri, Ini Dia Keindahan dan Eksotisme Gili Trawangan

Perlu diketahui pula, dalam menyajikan hidangannya, Sulis Tiwati tak rela jika bukandirinya yang memasak.

“Untuk menjaga keaslian rasa mi sagu di sini, harus saya langsung yang memasak. Bukannya enggak percaya dengan orang lain. Tapi, selagi masih bisa, biar saya saja yang melakukan,” ceritanya.

Oleh karenanya, Sulis menekankan jika penyajian di rumah makannya sedikit lama karena hanya dia seorang yang menjadi juru saji.

Namun, semua akan dibayar dengan kualitas rasa.(*)

(Bagus Septiawan)