NOVA.id - Tuntutan atau perubahan gaya hidup di kalangan generasi milenial sekarang memang membuat berbagai risiko penyakit lebih mudah menghampiri.
Salah satu risiko kesehatan yang patut kita waspadai, misalnya, hipertensi.
Siapa sangka, gaya hidup seperti meminum kopi yang sekarang sedang digandrungi bisa menjadi pemicu generasi milenial terkena hipertensi?
Baca Juga : Bella Luna Dituduh Pakai Susuk Pancasona Demi Harta, Wirang Birawa Ungkap Ciri Pria yang Kena Pelet!
Bahkan, asal tahu saja, sebanyak 34,1 persen masyarakat Indonesia dewasa usia 18 tahun ke atas sudah terkena hipertensi. Gawat!
Angka ini sendiri rupanya mengalami peningkatan sebesar 7,6 persen dibanding dengan hasil Riskesdas 2013 yang hanya 26,5 persen.
Hipertensi sendiri sering juga disebut sebagai penyakit silent killer atau penyakit yang tak menimbulkan tanda-tanda khusus.
Baca Juga : 5 Pasang Zodiak Ini Dikabarkan Cocok dan Ditakdirkan Bersama, Bagaimana dengan Kita dan Pasangan?
Pada dasarnya hipertensi ini terjadi jika adanya gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menaikkan tekanan darah melampaui batas normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg.
Padahal, normalnya saja, tekanan darah kurang atau sama dengan 120/80 mmHg. Akan tetapi, ancaman hipertensi ini kerap dianggap tak begitu penting.
Pasalnya, rata-rata generasi milenial baru diketahui menderita hipertensi ketika melakukan medical check up.
Baca Juga : Syahrini Puasa dan Salat Istikharah 40 Hari, Tak Alami Menstruasi? Ini Jawabannya
Itu pun jika ada program dari perusahaan tempatnya bekerja atau mungkin fasilitas dari sekolah.
Padahal jika tak dicegah dan dikenali, risiko hipertensi ini dapat merembet menjadi penyakit komplikasi lainnya.
“Sebenarnya ini tidak bisa disepelekan, apabila kaum milenial tidak sadar dengan faktor risiko yang ada, maka dapat timbul penyakit berat seperti stroke, ginjal, dan jantung.”
Baca Juga : Syahrini Puasa dan Salat Istikharah 40 Hari, Tak Alami Menstruasi? Ini Jawabannya
View this post on Instagram
“Maka dari itu, penting meningkatkan awareness masyarakat dengan melakukan deteksi dini atau mengukur tekanan darah secara rutin,” saran dr. Paskariatne Probo Dewi Yamin, SpJP., pakar hipertensi.
Bukannya tidak boleh ngopi terlalu banyak, tapi sekali-sekali, mungkin bisa dicoba untuk ubah kegiatan kumpul dengan teman-teman yang biasanya ngopi bareng, menjadi olahraga bareng.
Tak perlu buru-buru, bertahap saja lakukan perubahan ini. Asal konsisten dengan tujuan hidup sehat, niscaya akan terbebas dari hipertensi sejak dini.
Dan jangan lupa, kita juga bisa, lho, mencegah risiko ini dengan melakukan pengecekan kesehatan sejak dini.
Jangan sampai tunggu bahaya, yuk, kita lebih peduli kesehatan kita sejak masih muda!
Karena risiko hipertensi tak main-main dan tak bisa kita sepelekan.(*)
Maria Ermilinda Hayon
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Jeanett Verica |
KOMENTAR