NOVA.id - Membesarkan dan mendidik anak merupakan hal yang tidak mudah.
Apalagi, kala anak beranjak remaja dan memiliki banyak sudut pandang yang berbeda dengan kedua orang tuanya, mendampingi adalah hal paling dibutuhkan.
Lantas, bagaimana mengatasi kegalauan untuk para orang tua mendidik anak remaja? Simak jawaban dari sang psikolog andal yang telah tayang di Tabloid NOVA edisi 1617.
Yth. Bu Rieny.
Saya adalah seorang perempuan berusia 45 tahu, saya dan suami sudah dikaruniai dua orang anak, seorang putri yang saat ini berusia 17 tahun dan seorang putra yang berusia 14 tahun, akan tetapi saya kebingungan untuk mendidik dan menegur kedua anak saya yang sedang di masa remaja ini.
Kedua anak saya memiliki perbedaan yang signifikan, sang kakak lebih pendiam, tetapi jika dilihat dari nilai sekolah memang tidak terlalu bagus, sementara adiknya yang lebih aktif dan cenderung bandel justru malah memiliki nilai yang cukup bagus di sekolah.
Ketika saya ingin berkata kepada sang kakak untuk meningkatkan nilainya, saya takut akan menyakiti hatinya, selama ini saya selalu bertanya kepadanya tentang masalah yang sedang dihadapinya, tapi dia tidak pernah memberi tahu masalah apapun yang terjadi, saya tidak tahu apakah dia memiliki kesulitan dalam belajar atau bagaimana, nilainya semakin lama semakin turun semenjak SMP.
Baca Juga : #JusticeForAudrey Siswi SMP Ini Dikeroyok 12 Siswa SMA hingga Alami Pembengkakan di Organ Kewanitaannya
Sementara, kepada sang adik saya sering berkata untuk jangan terlalu banyak main game, ataupun main bersama teman-temannya sampai larut malam, namun dia membantah karena dia berkata, toh nilainya di sekolah tetap bagus, saya tidak ingin mencurigai anak sendiri apakah dia menyontek di sekolah atau tidak.
Saya mencoba untuk berpikir positif, mungkin sang kakak ini memiliki potensi di bidang lain, contohnya music, namun dia tidak mau berkomunikasi pada kami dan lebih banyak menyimpan perasaan dan masalahnya sendiri, saya tidak tahu apakah hal ini terjadi karena kesalahan saya, suami, atau orang-orang terdekatnya di masa lalu sehingga membuatnya tertutup.
Sementara untuk sang adik, saya hanya takut dia salah pergaulan, karena belakangan ini, semenjak masuk SMP, dia sering sekali pulang sangat larut, walau dia laki-laki, tetap saja saya memiliki rasa was-was, sementara dia selalu bilang untuk tidak menelepon dan mencarinya karena dia malu pada teman-temannya, saya sendiri tidak mengenal semua teman-temannya, saya hanya takut dia terjerumus ke pertemanan yang salah.
Baca Juga : Cut Meyriska dan Roger Danuarta Kepergok Unggah Video Bersama, Sudah Direstui?
Tolong bantu keluarga kami, Bu.
Halimah – Somewhere
Jawab:
Yth. Ibu Halimah.
Benar sekali, setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda, akan tetapi ada beberapa kaidah mendasar yang sebenarnya berlaku universal terkait hubungan antara ibu dan anak, serta ayah dan anaknya, sependiam-pendiamnya anak, seyogianya dia tetap bisa connected, terhubung, dengan ibu dan ayahnya.
Anak pendiam, bukan hanya diam saat di rumah, di sekolah juga tak bergaul dengan banyak orang, kalau dikonfirmasi pada guru, biasanya guru akan mengatakan anak ini susah mengekspresikan diri secara verbal, tapi kalau diamnya hanya di rumah, lain lagi ceritanya, ya, Bu Halimah, saya lebih cenderung mengatakan dia menutup diri terhadap mamanya.
Baca Juga : Mantan Istrinya Dinikahi Rekan Kerjanya, Lee Jeong Hoon, Begini Kabar Irwan Chandra yang Makin Religius
Mengapa anak menutup diri dan bersikap diam pada ibunya? Yang paling sering terjadi, ibunya adalah seorang kritikus ulung, apa saja yang dilakukan anak dikritik, anak baru bicara sepotong, ibu sudah mencela atau menyalahkan anak habis-habisan, ketika ini jadi adegan sehari-hari, maka anak lalu akan belajar bahwa ternyata bicara atau berinteraksi dengan mama cuma bikin kuping berisik, hati jadi tak nyaman, diri merasa tak berharga.
Karena kalimat yang keluar dari mulut mama cenderung negative, yang berikutnya, sang mama juga punya sifat yang sama, pendiam juga, wajar, ya, anak perempuan biasanya meniru siapa, sih, kalau bukan ibu-nya? Saya menduga, Bu Halimah termasuk yang kedua ini.
Akan tetapi, anak milenial biasanya lebih nyaman bila didekati oleh kita-kita ini dengan gaya mereka, lho, Bu, manfaatkan WA dan media sosial kalau susah berbicara langsung, baik Anda mapun anak Anda, kan, bisa memakai modus interaksi yang lain.
Baca Juga : Bak Sindir Wijin yang Kini Populer, Jedar: Nia, Namanya Orang Butuh Makan, Emang Kamu Hidup Enak!
Zaman saya remaja dulu, kan, tak berani melawan Ibu, toh? Tapi kalau saya tak merasa diperlakukan adil, saya biasanya menulis surat, panjang sekali, saya ingat minimal 4 lembar, karena dulu tak ada HP, saya masukkan di bawah pintu kamar tidur, lalu pulang sekolah saya ke rumah adiknya Ibu sampai sebelum maghrib, rasanya senang sekali membayangkan ibu kita bingung, kita ada di mana, sampai rumah mandi, makan, tanpa menunggu keluarga masuk kamar.
Biasanya ampuh, tuh. Akan ada perubahan perlakukan atau sikap kepada saya, tapi, ya, kami memang tak pernah bisa bicara dari hati ke hati, itu adalah salah satu yang hingga sampai sekarang saya sesali, karena sepanjang hidupnya sebenarnya ibu saya sangat menderita karena penyakit jantung bawaan yang membuat almarhumah hampir selalu sesak napas.
Sekarang, setelah jadi emak-emak, saya tahu tak nyaman sekali kalau tidak punya we time dengan anak, alhamdulillah, lumayan terjalin komunikasi dengan anak, sebagai orangtua, memang kita yang harus sabar, sabar, dan sabar.
Baca Juga : Shandy Aulia Bebas Lakukan Adegan Mesra, Nia Ramadhani Menolak: Gue Pasti Diusir dari Rumah!
View this post on InstagramHappy birthday @maudykoesnaedi ???? #tabloidnova #gridnetwork #maudykoesnaedi
Bantu si kakak mengatasi kegalauan akibat nilai yang cenderung turun, Bu. Menawarkan les misalnya, atau minta dia mengajak teman-temannya belajar bersama, jangan memaksa, tetapi beri dia rasa aman dan nyaman bahwa ibunya tahu dia bermasalah dan siap membantu, kita harus aktif, ya, kalau belum dapat respons positif, ingat kata-kata Bu Rieny, ya, sabar hingga tiga kali, lho.
Si adik, justru harus ditekan agar lebih disiplin, ditegaskan lagi aturan di rumah, maksud saya, apa yang boleh dan apa yang tak boleh, pulang sekolah, seharusnya langsung pulang, setelah itu, kalau mau main lagi, terserah.
Banyak-banyak ngobrol dengannya, berikan ilustrasi bahwa teman atau kerabat yang pandai tapi tak disiplin dan tak punya tujuan hidup biasanya hidupnya tak akan berkualitas dibanding mereka yang rata-rata, bagi mereka yang kurang pandai tapi tahu tujuan hidup, mereka malah jadi serius, fokus dan disiplin dalam belajar.
Baca Juga : Settingan, Andika Mahesa Kerap Disewa Rp100 Juta untuk Jadi Pacar Bohongan!
Upayakan agar Bu Halimah kenal teman dekat si bungsu, belajar kenal dengan orangtuanya, pokoknya tunjukkan bahwa Ibu berhak tahu dengan siapa dia bergaul, lalu, pulang tengah malam bukanlah hasil tukar dari nilai yang bagus di sekolah, angka bagus, adalah kewajiban yang kalau ia penuhi, manfaatnya juga buat dia.ementara kebiasaan main hingga larut malam tak membentuk kebiasaan orang sukses di kemudian hari.
Jangan terlalu banyak rasa khawatir, ya, Bu, kerjakan apa yang Anda ingin lakukan terhadap anak, karena seorang ibu tak harus selalu populer di mata anaknya, sesekali tegas, bahkan marah, boleh, kok, semoga ada perkembangan baru, ya, Bu, salam hangat. (*)
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR