NOVA.id - Kalau bau mulut melanda, diri pasti merasa tak nyaman.
Apalagi saat di bulan puasa seperti ini.
Pasalnya setelah hampir 12 jam berpuasa, bisa saja kita mengalami dehidrasi.
Baca Juga : Eko Patrio Pergoki Kegiatan Raffi Ahmad di Belakang Panggung, Suami Nagita Langsung Banjir Pujian
Yap, hal ini bisa terjadi jika Anda tak pandai mengatur asupan air yang masuk ke tubuh saat rentang waktu berbuka hingga sahur.
Padahal, kondisi dehidrasi ini dapat membuat lambung kering dan memicu bau mulut, lo.
“Ya, tergantung air. Kita mesti cukup minum air, enggak kekeringan. Maka sahurnya harus cukup minum. Nah, dengan air minum yang cukup itu tadi, jadi lambung kita enggak kering. Maka bisa meminimalkan aroma tak sedap dari mulut,” ujar Prof. Hardinsyah.
Baca Juga : Nyaman dan Aman Naik Motor, Jangan Lupa Pastikan 3 Hal Ini
Jadi kuncinya air?
Yap, ketika puasa, air yang masuk ke dalam tubuh memang bermacam-macam.
Mulai dari air minum, dari makanan lembut yang berair, dari sari buah, dan dari makanan berkuah.
Baca Juga : Sempat Dihalangi, Pertemuan Ayah Vanessa Angel dan Sang Putri Penuh Isak Tangis
Lantas, berapa banyak idealnya asupan cairan yang kita butuhkan saat rentan waktu berbuka hingga sahur?
“Penelitian saya, enam gelas air putih itu cukup. Nah, kalau dihitung dengan cairan yang lain bisa lebih, bisa sepuluh barang kali. Ya, kolak satu mangkok itu udah dua gelas airnya, makan bakso satu mangkok udah dua gelas air.
Nah yang penting minum air putih itu, jadi tidak terjadi pembusukan itu di lambung–enggak bau mulut–. Tapi, terutama tadi di sini–di bagian mulut–. Makanya lebih baik gosok gigi sebelum imsak,” ungkap Prof. Hardinsyah.
Baca Juga : Keputusannya Ditentang Keluarga, Penampilan Bella Saphira Berhijab Jadi Sorotan Usai 6 Tahun Mualaf
Well, dengan memperhatikan asupan air minum maka kamu bisa meminimalisir bau mulut saat puasa.
Namun, tetap perhatikan pola konsumsi sayur dan buah saat puasa juga, ya.
Tak lupa, rajin lah menyikat gigi setelah habis sahur.
Niscaya lambung aman dan bau mulut juga segar. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR