NOVA.id - Satu Muharram 1441 akan jatuh pada tanggal 1 September 2019 yang menandai pergantian tahun Hijriyah.
Di Indonesia khususnya Jawa, satu Muharram juga bertepatan Satu Suro.
Samanya kedua penanggalan memang tak lepas dari kalender Jawa yang mengacu penanggalan Hijriyah dan diterbitkan oleh Raja Mataram ketiga, Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma.
Satu Suro amat dikeramatkan oleh masyarakat Jawa yang menganut Kejawen apalagi jika jatuh pada Jumat Legi.
Dalam pandangan Kejawen, malam Satu Suro amat disakralkan.
Mereka dilarang mengadakan 'ewuh' seperti resepsi pernikahan dan lain sebagainya.
Sebagai gantinya mereka akan berdoa dan melakukan ibadah.
Baca Juga: Soimah Ceritakan Hal Mistis yang Selalu Dialami Saat Malam 1 Suro: Ada Makhluk Halus yang Ngikutin
Seperti yang NOVA.id kutip dari Grid.ID, Senin (03/09) di berbagai tempat, ada tradisi untuk menyambut datangnya malam 1 Suro.
Contohnya di Keraton Yogyakarta yang melakukan tradisi ritual Lampah Mubeng (mengelilingi benteng) berjarak lima kilometer yang menggambarkan instropeksi diri orang Jawa pada malam Satu Suro.
Selama mengelilingi benteng, semua peserta dilarang berbicara (Tapa Bisu) tidak boleh makan dan minum serta merokok.
Ritual ini boleh diikuti siapa saja.
Baca Juga: Mengenal 3 Tradisi Unik Menyambut Bulan Muharram di Indonesia, Apa Saja?
Sedangkan di keraton Kasunanan Surakarta juga ada tradisi menyambut datangnya malam Satu Suro.
Yakni melakukan Kirab Kebo Bule.
Dikatakan Bule karena kerbau berkulit putih pucat seperti orang bule.
Baca Juga: Sering Mengalami Tindihan Saat Tidur, Benarkah karena Mistis atau Ilmiah? Berikut Penjelasannya
Kirab ini akan mengitari ruas-ruas jalan utama kota Solo.
Biasanya masyarakat luar daerah macam Boyolali, Karanganyar, Ambarawa hingga Magetan rela datang jauh-jauh untuk 'Ngalap Berkah' dari acara Kirab Kebo yang dinamai Kyai Slamet.
Dalam buku Babad Solo karya Raden Mas Said, leluhur kebo bule ini adalah hewan kesayangan Paku Buwono II.
Ada hal unik lagi ketika kebo Kyai Slamet diarak.
Orang-orang akan berebut kotoran kebo yang tercecer di jalan.
Dipercaya jika mendapatkan kotorannya saat kirab berlangsung dan menguburnya di sawah atau tanah yang bersangkutan maka akan mendapat keberkahan hasil tanam.
Nah, semuanya kembali ke kepercayaan masing-masing.
Karena budaya dan tradisi seperti di atas adalah kekayaan nasional Indonesia yang harus dijaga keberadaannya. (*)
Artikel ini telah tayang di grid.id dengan judul 1 Muharram 1440 : Malam Satu Suro yang Disakralkan Masyarakat Kejawen
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR