NOVA.id - “Kalau ditanya buat apa bikin akun palsu, aku sih buat kepoin mantan pacarnya suamiku. Kepo aja lihat hidupnya. Padahal enggak kenal juga."
"Setelah kepo, aku sebal sendiri. Emang gitu ya?” tanya seorang ibu muda.
“Ih, aku kira cuma aku yang kayak gitu, Bu..” timpal ibu lainnya.
Percakapan semacam ini mungkin pernah kita dengar, atau jangan-jangan kita sendiri yang melontarkannya.
Jika iya, tampaknya soal akun palsu dan saling kepo di media sosial sudah jadi sesuatu yang lazim di Indonesia, bahkan dunia.
Ya, mengapa tidak, akun di media sosial—entah itu Facebook, Twitter, sampai Instagram—bisa dibuat dengan sangat mudah.
Instagram sampai punya istilah untuk akun palsunya yakni finstagram (fake Instagram atau sering disebut finsta saja)
Baca Juga: Beberkan Sosok Calon Suami Ayu Ting Ting, Anak Indigo Bocorkan Waktu Pernikahan Ibunda Bilqis
Di akun yang kita sebut palsu ini, pemilik akun tak bisa dikenali, karena ia tidak memberikan identitas aslinya.
“Memang sifat internet itu anonymous. Nah karena itu, dia bisa menjadi siapa pun, menggunakan nama apa pun.
Diharapkannya menggunakan nama asli, ya. Tapi banyak dalam praktiknya tidak pakai nama asli,” ujar pengamat media sosial Heru Sutadi.
Baca Juga: Belum Sebulan Jadi Anggota DPR RI, Mulan Jameela Sudah Disentil KPK Gara-Gara Tindakannya Ini
Memang, sebaiknya kita punya satu akun saja dengan nama dan data asli sehingga kalau ada kebutuhan bisa dihubungi. Kecuali kita memang ada kebutuhan untuk punya beberapa akun.
Tapi kalau sudah membuat lebih dari satu akun dan sengaja memasukkan data-data palsu, berarti, kan, memang tidak ingin dikenali.
Mungkin. Karena, “Kalau pakai akun sendiri sebenarnya ada rasa bertanggung jawab.
Ada rasa tanggung jawab untuk menulis, menyampaikan, dan melakukan sesuatu.Kalau pakai akun asli kan jadi ada batasan dan lebih berhati-hati,” ujar Heru.
Bergerak Lebih Bebas
Ada macam-macam alasan orang bikin dua akun.
Salah satunya, karena perusahaan tempatnya bekerja memantau akun-akun media sosial karyawannya.
Karena merasa risi dipantau, jadilah bikin akun kedua sebagai tempat berekspresi yang lebih bebas. Nah, kalau sudah begini, Heru maklum.
Tapi, sewajarnya kita punya berapa akun, sih?
“Dua akun sih cukup, ya. Kalau akun resmi dipantau, dia pakai akun lain yang mungkin lebih bebas untuk berbicara.
Tapi bukan bebas juga ya, karena akun asli atau palsu batasannya sama. Tapi paling enggak, dia enggak jadi sorotan,” ungkap Heru.
Makanya, Heru bilang, orang yang bikin akun palsu itu jelas tidak mau diketahui jati diri aslinya.
Identitasnya disembunyikan dengan tujuan macam-macam.
Malah, ada juga yang malu lo dengan diri sendiri, sehingga pakai nama samaran.
Berbeda dengan Windi (25) yang buat akun palsu di Instagram karena tidak ingin terlihat aktif di media sosial oleh orang terdekatnya.
Unggahan foto di akun palsunya ini lebih sering dan lebih jujur dibandingkan akun aslinya karena tidak perlu memikirkan rapi atau tidak tampilan Instagram-nya.
“Dulu ada fitur following yang bisa lihat orang lain lagi ngapain aja. Aku enggak nyaman.
Makanya bikin akun palsu yang enggak ada kaitannya sama aku biar bisa follow dan update apa pun. Kepoin orang yang akunnya terkunci, follow-nya juga pakai ini,” ungkapnya.
Lain halnya dengan Vita (26), yang bekerja sebagai seorang desainer grafis. Ia membuat akun palsu dengan alasan simpel.
Baca Juga: Kaget Tahu Kedekatan Zaskia Mecca dengan Anak Tirinya, Hanung Bramantyo: Kurang Ajar!
Akun utama digunakan untuk menjaga hubungan dengan orang-orang terdekat, sedangkan akun palsu khusus untuk mengikuti akun-akun hiburan, dari akun gosip, influencer, hingga online shop.
Kenapa harus dipisah?
“Supaya aku tetap keep in touch sama mereka dan (ini yang penting) unggahan mereka enggak tenggelam sama akun online shop atau influencer lainnya,” ungkap Vita.
Baik Vita dan Windi mengaku lebih aktif di akun palsu karena geraknya lebih bebas dan jadi tempat bersembunyi yang nyaman.
Karena tidak diketahui, mereka bisa bebas mengikuti seseorang di dunia maya ngapain saja dan ke mana saja.
Sayangnya, Heru bilang, “Ada juga akun palsu yang tujuannya untuk menyebar hoaks dan ujaran kebencian.
Kalau nulis kata-kata kasar pakai akun asli kan sama aja bunuh diri he-he-he,” ungkap Heru.
Hal ini paling jelas terlihat saat pemilihan presiden beberapa bulan lalu.
Baca Juga: Idap Autoimun, Ashanty Berderai Air Mata: Aku Mulai Menabung Buat di Akhirat
Nah, kalau sudah begitu, apakah si media sosial akan diam saja?
Rupanya, sampai pertengahan tahun ini, Facebook telah menghapus lebih dari 2 miliar akun palsu.
Teranyar, Facebook menghapus 69 akun Facebook, 34 akun Instagram, dan 42 Pages palsu di Indonesia yang diduga mendukung separatisme Papua Barat.
Baca Juga: Kartika Putri Lahiran Putri Pertama dan Umumkan di Instagram, Fitrop: Alhamdulillah Launching Juga
Lebih Susah Dijaring
Selain itu semua, kisah lama yang selalu terjadi ialah maraknya akun-akun berkedok public figure. Ketik saja nama Via Vallen di pencarian, maka muncul belasan pilihan akun.
Bahkan, jika masih ingat kasus kekerasan yang menimpa Audrey di Pontianak, yang ramai awal tahun, akun Instagram-nya mendadak banyak.
“Ada orang yang memanfaatkan celah-celah media sosial untuk berbagai kepentingan.
Ada yang untuk menipu, seolah-olah artisnya siapa, tapi ternyata saat dihubungi bukan. Makin banyak kejadian yang seperti itu,” ungkap Heru prihatin.
Salah satu artis yang merasakannya ialah Wulan Guritno. Nama dan identitas istri Aidill Dimitri ini pernah digunakan untuk penipuan di Facebook
Konten postingan akun tersebut isinya jualan dan menyebut hasil penjualannya untuk penderita kanker.
Melalui akun Instagram-nya, Wulan mengklarifikasi kalau akun tersebut palsu. “Jangan sampai tertipu ya teman-teman.
Dosanya kamu yang punya akun ini. Lebih baik sudahi penipuan kamu sebelum saya bertindak keras!” tulis ibu tiga anak ini.
Baca Juga: Menahan Tangis, Pangeran Harry Bicara Mengenai Kehamilan Meghan Markle dalam Pidato, Kenapa?
Namanya juga untuk menipu, pasti pakai akun palsu. Heru sudah tak heran lagi, karena tim buzzer di Twitter pasti berpikir yang sama, katanya.
Pasalnya, “Pakai akun palsu agak lebih susah dijaring. Memang sih bisa, tapi butuh waktu,” terang Heru.
Tak heranlah kalau Heru mengaku merasa dilematis saat kegiatan yang dilakukan akun palsu ini adalah menyebarkan ujaran kebencian.
Baca Juga: Blak-blakan Ibunda Ussy Sulistiawaty yang Ternyata Sempat Tidak Yakin Miliki Mantu Andhika Pratama
“Akun palsu kadang lepas dari jeratan hukum. Kadang orang jadi berpikir, Ah saya pakai akun palsu ajalah,” ungkap Heru.
Namun ternyata, kegiatan yang dilakukan akun-akun palsu di tiap media sosial berbeda lho.
Heru bilang, kalau Twitter lebih banyak buzzer, kalau Facebook lebih banyak digunakan untuk penipuan.
Lantas, kalau Instagram?
Baca Juga: Vicky Nitinegoro Akhirnya Dibebaskan Polisi karena Vape dan Urinenya Negatif Narkoba
“Instagram hampir sama seperti menipu dan mengkloning. Pertama sih banyaknya mengkloning seolah-olah itu adalah akun asli, tapi kemudian dia jualan yang lain.
Bisa untuk jualan beneran dan menipu juga,” ungkap Heru.
Sedihnya, jika ada yang punya akun palsu sekadar untuk tempat perlindungan, ujungnya malah lebih asli di akun palsu, lalu memalsukan citra diri di akun asli.
Asalkan tak sampai lebih jauh lagi, apakah bisa dibilang tak menyakiti diri? (*)
Source | : | Tabloid Nova |
Penulis | : | Aghnia Hilya Nizarisda |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR