NOVA.id – Tak hanya hasil budaya, namun dalam proses pembuatannya, batik juga harus bisa berinovasi dan bertransformasi sehingga bisa terus dilestarikan.
Untuk itu, Gallery Amandari Batik bersama PLN menggelar acara bertajuk The Story of Batik: Legacy, Investment, and Diplomacy.
Acara ini akan dilaksanakan pada Rabu, 4 Desember 2019 di Magnolia Room, Hotel Gran Mahakam, Jakarta.
Baca Juga: 5 Dampak Buruk Depresi Orangtua, Tenyata Berpengaruh pada Anak
Batik sendiri merupakan karya produk yang menjadi ikon negara berskala nasional yang telah diakui dunia, sehingga kita wajib mengawal perkembangannya.
Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Sripeni Inten Cahyani selaku Pelaksana Tugas (Plt) Dirut PLN.
“Ada keindahan, keanggunan, dan komitmen untuk bercerita tentang kekayaan budaya kita lewat jalur ulasannya,” lanjutnya.
Ada proses idealisme dalam membatik sebagai keagungan budaya bangsa Indonesia, inilah legacy untuk generasi ke depan.
“Untuk itu kami menghadirkan suatu transformasi yaitu mengajak kaum millenial yang budayanya adalah serba instan, dapat tetap turut membatik dengan menggunakan kompor listrik dalam penggunaan dengan cantingnya yang efisiensinya bisa mencapai 65%,” ujarnya.
Dalam acara ini akan diselenggarakan 2 sharing season, pertama untuk kalangan millenial di mana adanya transformasi dalam membatik.
Kedua, tentang bagaimana membawa batik ke pasar global.
Batik menjadi jembatan komunikasi yang dipilih, seperti yang diungkapkan oleh Uti Rahardjo selaku pemilik Gallery Amandari Batik, karena telah melekat pada semua kalangan.
“Untuk itu kami mengundang mereka, yang concern dengan batik, dan fashionpreneur yang konsen dengan batik dan sudah berpengalaman di beberapa negara,” ungkapnya.
Baca Juga: Gaun Nia Ramadhani Bikin Salah Fokus, Netizen: Bu Haji Nyangkut di Mana? Sobeknya Panjang Amat
Dinamika dunia saat ini sangat cepat, di mana harus adaptasi yang harus dilakukan supaya batik bisa sesuai dengan zamannya.
Tetapi, batik tak sekadar printing, karena masih ada idealisme batik itu harus dibuat secara tradisional.
“PLN memiliki visi dan misi yang ingin memelihara legacy. Legacy-nya PLN adalah membuat sesuatu lebih praktis, bersih, dan aman,” jelas Uti.
Untuk itu, PLN memiliki inovasi membatik dengan menggunakan kompor listrik yang sepaket dengan canting listrik.
Dengan alat ini, maka pengrajin atau pembatik tak lagi meniup cucuk canting sebelum menggoreskan motif, sehingga pembuatan pola lebih cepat selesai.
Alat yang inovatif ini juga memungkinkan pengrajin tak perlu lagi sibuk mengecek tingkat panasnya, sehingga bisa lebih fokus membuat batik.
Baca Juga: Baru Garap Drama dengan Ahn Jae Hyun, Cha In Ha Dikabarkan Meninggal Dunia
“Kalau lebih fokus, harapannya proses pembatikannya bisa lebih cepat dan secara ekonomis lebih naik,” tambah Uti.
Batik sendiri memiliki nilai investasi yang cukup tinggi, seperti sebuah lukisan yang hanya ada satu di dunia, batik merupakan collectible investment.
Di era digital seperti sekarang, pembatik bisa lebih mudah memasarkan batiknya ke luar negeri.
“Jadi investasi di sini juga marketnya semakin luas,” jelas Uti.
Tak hanya itu, target lainnya adalah berkomunikasi dengan SEC: high end.
“Karena PLN identik dengan kredibilitas tinggi dengan high end & international network, di mana pemasaran PLN ke depan sebaiknya menyasar pada pengambil keputusan di korporasi yang ada pada SEC ini,” terang UTI.
Batik Amandari sendiri akan tetap menjalin kerjasama dengan PLN.
“Ini kan merupakan CSR dari PLN maupun Batik Amandari. Kami sebagai pengusaha juga memiliki kepedulian terhadap masyarakat yang ingin merepresentasi,” pungkasnya. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR