Alexandra menjelaskan, bisa saja terjadi pertikaian adik-kakak dalam keluarga. Jadi ada semacam rasa iri antar-anak, juga merasa selalu berkompetisi terus. Apalagi kalau anak kesayangannya itu lebih dibanggakan dan selalu diomongin positif terus oleh orangtua mereka.
Alexandra mengungkapkan, ada beberapa pasien yang merasa jadi anak kesayangan datang kepadanya, justru seperti kerepotan dijadikan yang utama dalam keluarga. Bagi si anak, ekspektasi orang terlalu berlebihan padanya.
“Jadi begitu dia gagal, dia cenderung marah pada diri sendiri. Merasa semua orang sudah mengandalkan dia, padahal kan itu persepsi yang semu.”
Baca Juga: Bagi Single Parent, Pahami 5 Tips Pola Asuh Anak yang Tepat Ini
Kalau sudah begitu, apakah keberadaan anak kesayangan dalam keluarga membawa pengaruh baik?
Film NKCTHI yang diputar sejak awal Januari 2020 lalu mungkin bisa memberi kita gambaran lebih jelas. Atau bahkan menyadarkan kita, jangan-jangan selama ini kita juga menciptakan anak kesayangan dalam keluarga?
Lalu bagaimana sikap Anda? (*)
Penulis | : | Muhamad Yunus |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR