NOVA.id - Hujan yang mengguyur kawasan Jakarta sejak dini hari kemarin (25/02) membuat sejumlah wilayah tergenang banjir pada pagi harinya.
Ketinggian air bervariasi mulai dari 10 cm hingga bahkan ada daerah yang digenangi air dengan ketinggian lebih dari 150 cm.
Hal ini tentu menghambat berbagai kegiatan warga terutama kegiatan ekonomi mereka masing-masing.
Selasa (25/2/2020) kemarin merupakan ketujuh kalinya kawasan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, terendam banjir kembali.
Di pojok bangunan masjid Universitas Borobudur yang menjadi pengungsian bagi RW 004 dan RW 003, Cipinang Melayu, ada pengungsi yang rumahnya belum surut, Ani.
Ani yang sudah berusia 56 tahun dan hanya tinggal bersama satu orang keponakannya bercerita kerugian yang ia dapat selama banjir di awal tahun 2020.
Baca Juga: Tubuh Rentan Sakit Karena Hujan dan Banjir, Jaga Kesehatan dengan Minum Vitamin C Sesuai Kebutuhan
"Kebetulan rumah saya di pinggir kali (Kali Sunter) persis. Bayangin saja, lantai dua rumah saya itu kerendem juga, 30 cm ada kali," ujar Ani.
Ia juga bercerita, banjir tahun 2020 ini menghanyutkan beberapa kepingan genteng lantai satu rumahnya.
"Rumah kalau dibilang hancur ya hancur. Semua barang elektronik enggak ada yang selamat. Mesin jahit buat saya kerja rusak, sudah enggak bisa dipakai sama sekali," ujar Ani.
Baca Juga: Rumahnya Selalu Kebanjiran, Tina Toon Langsung Sidak Pemda dan Labrak Petugas
Ani berprofesi sebagai tukang jahit rumahan. Dan, itu satu-satunya hal yang bisa ia lakukan untuk menafkahi dirinya dan keponakannya.
"Kalau dibilang pendapatan saya turun, ya bukan turun lagi. Memang sudah enggak kerja saya dari awal tahun 2020 ini. Saya belum bisa beli mesin jahitnya lagi," ujar Ani.
Ani menjelaskan kondisi mesin jahitnya kepada Kompas.com. Ia mengatakan, kaki-kaki penyanggah mesin jahitnya sudah patah.
Baca Juga: Ikut Terdampak Banjir, Beberapa Artis Ini Unggah Situasi Kediaman Mereka di Sosial Media
Menurut dia, kaki-kaki mesin jahitnya yang terbuat dari kayu patah karena sudah lapuk terendam air banjir terlalu lama.
"Apalagi rumah saya termasuk lama surutnya. Kan saya tinggal di pinggir kali persis. Hari ini saja rumah saya masih 30 cm," ujar Ani.
Selain Ani, ada pula Sriyani yang suaminya jarang bekerja karena banjir sudah merendam Cipinang Melayu.
Baca Juga: Banjir Melanda Kawasan Graha Raya Bintaro, Dua Orang Hanyut Terbawa Arus Sungai
"Suami saya itu kan ojol ya. Kalau banjir, ya enggak bisa ke mana-mana. Hari ini rumah saya emang sudah surut, tapi karena suami saya yang bersihin rumah dari lumpur semua, dia capek. Jadi ya hari ini belum bisa ngojol lagi," ujar Sriyani.
Dia menjelaskan bahwa kerugian yang ia dan keluarganya dapat tidak bisa diingat berapa besarannya.
"Saking banyaknya barang yang sudah kebuang karena rusak ya, terus suami saya jadi jarang kerja, ya lumayan susah jadinya buat sembako sehari-hari. Apalagi saya di rumah ada anak dua masih usia SD semua, sama mertua dua," ujar Ani.
Ani juga mengatakan, semenjak banjir merendam rumahnya setinggi 3 meter, semua barang di rumahnya dibuang.
"Macam TV, kulkas, kompor kasur, pada dibuangin. Orang sudah enggak bisa dipakai semua. Kalau lihat ke rumah saya, sekarang isinya sudah kosong," ujar Sriyani.
Sriyani bercerita bahwa sekarang ia dan keluarganya hanya tidur dengan tikar.
"Kalau beli kasur lagi sama alat-alat lain juga nanggung, takut banjir lagi karena masih musim hujan. Mungkin nanti kalau udah musim panas lagi," ujar Sriyani.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menderitanya Warga Jakarta, Hilang Pekerjaan karena Cipinang Melayu Banjir 7 Kali."
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR