Sejak itu, Esther kemudian menjalani tugas sebagai Kapten Pilot Uji.
Perempuan yang saat itu memiliki 7.000 jam terbang merasa, inilah pekerjaan paling menantang buatnya. Esther bilang, “Di atas itu. Kita harus uji kelayakan mesin. Jadi nanti pas di atas, mesin dimatikan, kemudian dihidupkan lagi. Ada risiko, mesin enggak nyala.”
Tapi Esther tak gentar, baginya ya itulah yang namanya cinta.
Perempuan kelahiran Palembang, 3 September 1962 ini bahkan mengaku sudah siap jika memang nyawa jadi taruhannya.
Hingga akhirnya, pada tahun 2012 dia diangkat menjadi Kepala Uji Pilot, dan menjadi satu-satunya yang pertama di Indonesia, bahkan di dunia!
“(Meskipun) sudah menjadi pilot uji coba, setiap enam bulan sekali dites lagi kesehatan dan psikologis saya. Mereka tes saya, apakah saya masih layak atau tidak menjadi pilot uji coba?” ungkap Esther jujur.
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR