NOVA.id - Kabar tragis pembunuhan balita oleh seorang remaja putri di Jakarta Pusat membawa kehebohan di masyarakat.
Apalagi, dalam kasusnya muncul berbagai fakta yang membuat sebagian besar kita tak habis pikir.
Salah satunya adalah hobinya menonton film berbau sadisme seperti film Chucky dan Slender Man di mana ada adegan yang menjadi inspirasi pelaku membunuh korban.
Baca Juga: Jangan Ditunda, Anak Bisa Mulai Belajar Bahasa Inggris dari Usia 2 Tahun
Apakah benar, tontonan seorang anak bisa memengaruhi perilakunya?
Pada saat si kecil menonton, membaca, atau mendengar berbagai hal yang disuguhkan lewat media, sebenarnya ia sedang memberi makan bagi otaknya.
Segala input ini akan diterima dan dicerna secara saksama, lalu apa yang terjadi?
Baca Juga: Mau Mencegah Corona, Tapi Anak Tak Mau Cuci Tangan dengan Benar? Ini Caranya
Ingatlah, jangan lupakan fakta bahwa anak adalah peniru yang ulung.
Jadi, jika anak melihat contoh-contoh tingkah laku yang baik terus-menerus, maka dia jadi memahami macam-macam tingkah laku yang baik.
Demikian juga kalau anak secara terus-menerus melihat contoh tingkah laku yang buruk.
Baca Juga: Jadi Tempat Bermain dan Edukasi Anak, Wonderkids Siapkan Program Khusus
“Jadi, mau hal baik dan hal buruk, otak akan menerima, mempelajari, mengambil pattern, dan kemudian mereka melihat apakah ini familiar dengan apa yang mereka rasakan di dunia nyata,” ujar Astrid Wen, M.Psi., psikolog anak dan praktisi Theraplay pada NOVA.
Tentu banyak hal yang pastinya buat kita sebagai orangtua menjadi ketar-ketir mendengar berita ini, bukan hanya kemungkinan anak kita bisa menjadi korban, tapi bagaimana jika anak kita justru berperilaku kriminal lantaran menonton film sembarangan tanpa pengawasan.
Duh, amit-amit! Lantas, bagaimana baiknya?
Dari kasus tersebut jelas terlihat bahwa media yang dikonsumsi anak dapat memengaruhi perilakunya.
Tentu dibarengi dengan faktor lingkungan dan karakter bawaan anak.
Akumulasinya bisa mencetuskan perilaku baik atau buruk, bahkan berakibat fatal.
Apalagi, jika tidak ada pendampingan dan edukasi dari orangtua dan orang dewasa yang teredukasi di lingkungannya.
Bukan tanpa sebab, menurut Astrid, kebanyakan dari anak-anak akan berpikir ringkas dan instan ketika menonton film akibat kurang pemahaman mereka.
Ya, mereka belum sepenuhnya paham alur cerita dan masalah, pertimbangannya belum matang, serta ada kemungkinan menelan mentah-mentah apa yang mereka saksikan, dan menirunya dalam kehidupan keseharian.
Baca Juga: Yuk Kenali 7 Tanda Toxic Parents yang Sering Dilakukan Para Orang Tua
Oleh karena itu, pendampingan dan edukasi dari orangtua sangat dibutuhkan.
Terutama, saat kita sudah membolehkan anak mengakses gawai.
Dalam hal ini, orangtua berperan untuk menjelaskan dan memberi konfirmasi kepada anak ketika terjadi kebingungan makna atau pemahaman dari tayangan yang ditontonnya.
Baca Juga: Cara Menjaga Anak Usai Orang Tua Alami Perceraian, Salah Satunya Minta Pertolongan Terapis
Apakah hal tersebut baik atau tidak untuk ditiru dan dilakukan.
Bukan tanpa sebab, pasalnya pendampingan dan edukasi ini pada akhirnya akan berdampak pada kemampuan kontrol diri anak juga, lo.
“Anak juga perlu melihat dan meningkatkan kemampuan kontrol dirinya. Termasuk mengontrol keinginan-keinginan dirinya. Misalnya, keinginan untuk mendapatkan sesuatu, atau mungkin keinginan untuk membalas dendam. Nah, itu kan butuh pengetahuan dan edukasi yang sebenar-benarnya dan harus terus berulang diberikan dan kompleks, harus ada contoh dan panduan,” jelas Astrid.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR