Kejadian itu tak hanya dialami oleh DW, tetapi juga beberapa wali murid lainnya.
"Akibatnya muncul anak saling bully, orangtua saling sindir," tambah David K Susilo, salah satu wali murid lainnya.
Dia menduga praktik pemalsuan SKD sudah terjadi dan menciderai dunia pendidikan.
Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Dibolehkan, Nadiem Makarim: Asal Ada Persetujuan Orang Tua Murid
Anak sudah diajarkan sikap tidak jujur untuk masuk ke sekolah.
Padahal, kejujuran merupakan hukum tertinggi dalam dunia pendidikan.
Untuk itu, para wali murid itu mendesak agar DPRD Jember membongkar praktik SKD palsu tersebut, dengan melakukan verifikasi ulang, apakah anak yang lolos itu benar-benar tinggal dekat dengan sekolah.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR