"Edukasi seks yang komprehensif harus diajarkan sejak dini. Bahkan, di negara-negara maju, pendidikan reproduksi sudah diajarkan sejak kecil. Hal tersebut dimaksudkan agar setiap individu menghormati dan menghargai diri dan anggota tubuhnya," ucap Firliana Purwanti, pengarang buku The O Project, sekaligus politisi dan pemerhati pemberdayaan perempuan.
Tentu saja pendidikan tersebut diajarkan sesuai level pemahaman dan kematangan anak.
"Pendidikan reproduksi sendiri bukan hanya sekedar tentang bagaimana berhubungan seks. Lebih dari itu yaitu pemahaman yang tepat bagaimana menjaga, membersihkan, serta merawat organ reproduksi khususnya untuk perempuan," tambah Firli.
Baca Juga: Ternyata Perempuan Bisa Orgasme Tanpa Harus Berhubungan Intim, Ini Penjelasannya!
Senada dengan Firli, Pangesti Bernardus, aktivis dan praktisi komunikasi juga mendukung terlaksananya pendidikan seks sejak dini.
“Banyak sekali kasus yang saya temui pada remaja-remaja yang sudah melakukan hubungan intim di usia remaja yang disebabkan karena terlalu polos dan masih labil. Selain itu, biasanya faktor psikologis juga memengaruhi keputusan mereka dalam melakukan sesuatu," ujar Pangesti.
"Misalnya seperti anak-anak yang kurang tercukupi kebutuhan emosionalnya, biasanya lebih mudah terjerumus dalam pergaulan bebas yang berujung pada risiko terpapar dampak negatif dari hubungan seksual,” sambungnya.
Fenomena ini selayaknya membuka mata kita akan urgensi pendidikan seksual di Indonesia.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR