NOVA.id - "Masih kecil, kok, sudah dikasih tahu soal seks."
"Nanti saja tunggu 18 tahun baru diberi pendidikan seks."
Yap, masih banyak perdebatan yang terjadi di masyarakat Indonesia mengenai edukasi seksual sejak dini.
Kekhawatiran ini terjadi karena topik pembicaraan seputar seks masih dianggap tabu.
Padahal edukasi seks sangat penting mengingat angka kekerasan seksual meningkat tajam, terutama di masa pandemi Covid-19.
Minimnya pengetahuan tentang hak seksualitas serta kesehatan reproduksi menjadi faktor utama kehamilan tidak diinginkan, aborsi tidak aman, atau pelecehan seksual bahkan perkosaan.
Melihat hal ini, komunitas Save Janda berkolaborasi dengan komunitas Perempuan Berkisah, melakukan seri pendidikan seksualitas komprehensif yang dinamakan #SexEd.
Webinar #SexEd pertama Mengangkat tema “Female Orgasm, Myth vs. Fact” untuk mengedukasi bahwa perempuan juga punya hak untuk merasakan kenikmatan orgasme dalam dunia seksual.
Didasari dari masih banyaknya perempuan yang tidak mengerti bahkan tidak tahu akan orgasme pada perempuan lantaran minimnya pendidikan seks yang berkualitas.
Baca Juga: Kenali, 4 Tahapan Pendidikan Seks Anak dari Psikolog Alzena Masykouri
Hal ini menjadi penting karena mengingat dalam Laporan Tahunan Mahkamah Agung 2019 terdapat 485.223 angka perceraian baru.
Salah satu alasan terbesar orang bercerai yakni adanya kekerasan yang berujung pada hubungan seksual yang tidak adil,tidak setara, serta tidak memuaskan kedua belah pihak.
Hal ini sejatinya bisa dicegah jika saja kita diberikan pengetahuan akan kesetaraan dalam ranah seksual.
Baca Juga: Apa Itu Fake Orgasm? Mengapa Perempuan Memilih Melakukannya? Ini Jawaban Para Ahli
"Edukasi seks yang komprehensif harus diajarkan sejak dini. Bahkan, di negara-negara maju, pendidikan reproduksi sudah diajarkan sejak kecil. Hal tersebut dimaksudkan agar setiap individu menghormati dan menghargai diri dan anggota tubuhnya," ucap Firliana Purwanti, pengarang buku The O Project, sekaligus politisi dan pemerhati pemberdayaan perempuan.
Tentu saja pendidikan tersebut diajarkan sesuai level pemahaman dan kematangan anak.
"Pendidikan reproduksi sendiri bukan hanya sekedar tentang bagaimana berhubungan seks. Lebih dari itu yaitu pemahaman yang tepat bagaimana menjaga, membersihkan, serta merawat organ reproduksi khususnya untuk perempuan," tambah Firli.
Baca Juga: Ternyata Perempuan Bisa Orgasme Tanpa Harus Berhubungan Intim, Ini Penjelasannya!
Senada dengan Firli, Pangesti Bernardus, aktivis dan praktisi komunikasi juga mendukung terlaksananya pendidikan seks sejak dini.
“Banyak sekali kasus yang saya temui pada remaja-remaja yang sudah melakukan hubungan intim di usia remaja yang disebabkan karena terlalu polos dan masih labil. Selain itu, biasanya faktor psikologis juga memengaruhi keputusan mereka dalam melakukan sesuatu," ujar Pangesti.
"Misalnya seperti anak-anak yang kurang tercukupi kebutuhan emosionalnya, biasanya lebih mudah terjerumus dalam pergaulan bebas yang berujung pada risiko terpapar dampak negatif dari hubungan seksual,” sambungnya.
Fenomena ini selayaknya membuka mata kita akan urgensi pendidikan seksual di Indonesia.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR