NOVA.id - Sosial media tengah ramai dengan tagar #SaveKomodo sebagai bentuk penolakan terhadap pembangunan infrastruktur bertajuk Jurassic Park di Pulau Rinca.
Netizen meminta agar pemerintah menghentikan pembangunan tersebut karena dikhawatirkan merusak habitat asli komodo.
Tagar Save Komodo ini bahkan berhasil menempati urutan 2 trending topic di Twitter, Senin (26/10) pagi.
Baca Juga: Jadi Sorotan karena Postingan Penata Artis Viral, Irene Red Velvet Buka Suara
Mengutip Kompas.com, Pulau Rinca bakal disulap menjadi destinasi wisata premium dengan pendekatan konsep geopark atau wilayah terpadu yang mengedepankan perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara yang berkelanjutan.
"Tujuan utama konsep ini adalah mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan dengan mengembangkan potensi yang ada dengan cara yang berkelanjutan," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Kementerian PUPR telah menyiapkan anggaran Rp69,96 miliar untuk pembangunan ini.
Baca Juga: Meninggal Dunia di Penjara, Pembunuh Rangga Dimakamkan Satu Lokasi dengan Korbannya
Penolakan terhadap pembangunan ini juga bukan sekadar petisi di sosial media.
Kecaman datang langsung dari masyarakat sekitar seperti yang diwakilkan oleh Forum Masyarakat Peduli dan Penyelamat Pariwisata (Formapp) Manggarai Barat.
"Penolakan terhadap pembangunan ini sudah kami sampaikan berkali-kali, termasuk lewat unjuk rasa yang melibatkan lebih dari 1.000 anggota masyarakat di Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) dan Badan Otorita Pariwisata (BOP) Labuan Bajo, Flores, pada tanggal 12 Februari 2020," ujar Ketua Formapp Manggarai Barat Aloysius Suhartim Karya.
Baca Juga: Geger Chat WA Satu Keluarga Tewas karena Disinfektan, Cek Faktanya di Sini
Ia menekankan bahwa kawasan Pulau Komodo merupakan wilayah konservasi sehingga pembangunan ini bertentangan dengan SK Menteri Kehutanan Nomor 306 Tahun 1992 tentang Pembentukan Taman Nasional Komodo.
Aloysius juga menilai pembangunan ini dapat bertabrakan dengan kawasan bentang budaya yang ada di sekitarnya.
"Pariwisata berbasis alam (nature based tourism) sebagai jualan utama pariwisata Labuan Bajo-Flores di mata dunia internasional akan rusak," ungkapnya, Rabu (16/09).
Baca Juga: Australia Rasa Indonesia, Tempat Wisata Ini Mendadak Viral di Sosial Media
Di sisi lain, Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Wiratno menampik isu perusakan habitat komodo tersebut.
"Tidak mengganggu, prosesnya sudah sesuai regulasi. Komodo dijaga 5-10 ranger di Pulau Rinca. Begitu juga dengan pembangunan dermaga dan sarana prasaran lainnya," kata dia, dilansir dari Kompas.com, Sabtu (10/10).
Ia juga menegaskan bahwa pembangunan dibuat berdasarkan kehidupan komodo.
"Di Pulau Rinca juga dibangun suatu tempat dengan desain yang bagus, dengan mengadopsi cara komodo berjalan atau sedang tidur. Desainnya juga mengikuti prinsip-prinsip kehidupan komodo," tandasnya.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Ternyata Ini Usia Ideal si Kecil Pisah Kamar dan Cara Agar Anak Mau Tidur Sendiri
Source | : | Kompas.com,Twitter |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR