NOVA.id - Sahabat NOVA, kita pasti akan takjub jika mengetahui seberapa besar kekuatan yang digunakan dalam berkata-kata.
Kata-kata yang kita pilih ketika berbicara atau menegur anak-anak dapat berdampak besar terhadap mereka, sekalipun kita pikir mereka tidak mendengarnya.
Cara kita mengungkapkan kalimat permintaan, merespon, atau memberi pujian, dapat mengilhami anak-anak untuk bisa lebih bekerja sama dan percaya diri, atau justru meninggalkan kesan buruk dan sakit hati pada diri mereka.
Baca Juga: Berikut Gejala Covid-19 yang Dialami pada Anak dan Cara Mengatasinya
Chick Moorman, seorang guru dari Merill, Michigan, Amerika Serikat, dan ayah dari empat orang anak, memberi beberapa saran mengenai keterampilan berbicara bagi para orangtua terhadap anak-anak.
Dalam beberapa seminarnya di berbagai negara di dalam pendahuluan bukunya yang berjudul Parent Talk: How to talk to Children in Language That Builds Self-Esteem and Encourages Responsibility, Chick mengatakan, hal-hal yang dapat merusak suasana antara orangtua dan anak sering kali berawal dari kata-kata yang meluncur dari mulut orangtua.
"Namun beberapa kalimat juga dapat membantu Anda (orangtua) untuk semakin mendekatkan hubungannya dengan anak," ujar Chick.
Baca Juga: Begini Cara Atasi Anak Susah Tidur Jelang Tahun Ajaran Baru 2021
Berikut ini beberapa kalimat kunci yang dapat diingat, digunakan, atau justru sebaiknya tidak lakukan.
5 Hal baik yang sebaiknya dikatakan kepada anak:
1. "Buatlah pilihan, Sayang."
Kalimat ini dapat digunakan saat kita meminta anak untuk melakukan atau menghentikan tindakan tertentu.
Baca Juga: Cara Mencegah Mata Minus Saat Sekolah Online di Tahun Ajaran Baru 2021
Dengan begitu, anak akan dengan segera melakukan apa yang diminta dengan rasa tanggungjawab penuh.
Misalnya, saat anak sedang bermain dengan teman-temannya di rumah, katakan, "Sayang, jangan ribut ya, mainnya!" atau "Pindah main di luar saja ya!"
Jika dalam waktu lima menit mereka masih tetap main di dalam dan ribut, kita dapat melanjutkan menegurnya dengan, "Mama pikir kamu lebih suka main di luar, deh, Sayang."
Ungkapan-ungkapan ini tak hanya mengajarkan anak mengenai sebab dan akibat dari suatu kasus, misalnya menimbulkan keributan.
Namun, ungkapan ini juga dapat menghindarkan Anda dari tindakan kekerasan terhadap anak.
Sehingga, anak dapat segera mengerti akan konsekuensi yang harus diambilnya.
Baca Juga: Cara Mudah Membuat Jadwal Salat untuk Anak agar Konsisten dan Rajin
2. "Mama sayang kamu, tapi mama tidak suka sikapmu."
Jika kita ingin menerapkan disiplin kepada anak, Sahabat NOVA perlu untuk membedakan antara perbuatan dan pelaku yang berbuat.
Sehingga anak dapat mengerti, kita tidak menyukai tingkah lakunya yang buruk dan bukan berarti kita membuat tuduhan jika dirinyalah yang buruk.
Katakan pada anak, kita sangat sayang padanya tanpa harus meninggalkan penerapan kedisiplinan padanya.
Baca Juga: Begini Cara Memperkuat Ikatan antara Ibu dan Anak ala Kim Eugene
Ungkapan sayang akan membuat Anda tetap tenang tanpa perlu membentaknya, sehingga Anda tak perlu memberinya hukuman.
3. "Janji sama Mama ya."
Jika anak melakukan sesuatu yang mengganggu ketenangan kita, misalnya saat makan dia selalu bercakap-cakap atau mengacak-acak isi piringnya, tanyakan langsung, kenapa selalu bercakap-cakap saat makan.
Buatlah kesepakatan dengannya untuk bercakap-cakap sebelum atau sesudah makan saja, agar dia mau melahap makanannya tanpa mengacak-acaknya lagi.
Baca Juga: Daftar Channel YouTube Edukasi Anak Jelang Tahun Ajaran Baru 2021
Berikan alasan yang masuk akal, jelas, dan sederhana mengapa kita tidak setuju dengan tingkahnya itu.
4. "Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?"
Jika sedang kesal, biasanya anak-anak sering mengatakan sesuatu dengan keras dan sekenanya, bahkan terkadang kasar.
Misalnya, saat bertengkar dengan teman sebayanya. Pada kondisi ini, orang tua dapat membantunya dengan menggali lebih dalam dan bertanya, kenapa dia sampai sebegitu marah dan kesal kepada temannya.
Baca Juga: Rapor Si Buah Hati Merah, Bisa Jadi Tanda Sedang Stress Belajar
Bertanyalah dengan lembut padanya, seperti, "Apakah temanmu mengatakan sesuatu yang mengganggu?" Bicaralah dari hati ke hati.
Dengan demikian, anak akan lebih tenang dan belajar untuk lebih sabar menghadapi teman-temannya.
5. "Setiap orang punya keperluan berbeda."
Jika sekali waktu anak Anda mengatakan dengan keras kata-kata, "Mama enggak adil!", sudah saatnya orang tua membuatnya mengerti mengapa setiap orang, meski dalam satu keluarga, tidak bisa mendapatkan hal yang sama.
Baca Juga: Begini Tips Tetap Aman Tidur Bersama si Kecil ala Citra Kirana
Kita dapat sedikit demi sedikit menjelaskan padanya apa arti kata "adil" padanya. Misalnya, "Kakakmu mendapatkan sesuatu yang memang dibutuhkannya, Sayang." Kalimat ini bisa mengajarkan pada anak agar tidak menjadi manja.
Dengan kata lain, jika salah seorang anak membutuhkan sepatu, bukan berarti semua anak harus dibelikan sepatu.
Jika salah satu anak Anda batuk, apakah semua anak kita lantas diberi obat? Tentu tidak, kan.
Baca Juga: Letter In Pine, Rekomendasi Mainan Anak Lokal yang Ramah Lingkungan
5 Kalimat yang Perlu Dihindari:
1. "Kamu, kan, sudah gede!"
Anak kita masih berusia 6 tahun, lalu menangis karena tidak mendapatkan apa yang ia mau atau dia berusia 4 tahun dan tidak mau diam saat duduk.
Sebenarnya, mereka bertingkah layaknya anak seusianya dan itu wajar saja.
Banyak orang tua menginginkan anaknya bersikap seperti orang dewasa di usianya yang masih tergolong kecil, dengan menuntutnya bersikap selalu manis dan tenang.
Baca Juga: Waspada Ledakan Emosi pada Anak hingga Cara Melatihnya Mengelola Emosi
Pada kenyataannya, perubahan sikap dilalui anak-anak secara bertahap. Sikap keras kepala, cengeng, rewel, atau banyak permintaan adalah sikap wajar anak yang sedang tumbuh.
Dengan sendirinya ia bisa bersikap lebih dewasa sesuai perkembangan usianya. Memang, banyak orangtua kewalahan dengan sikap 'kekanakan' anak mereka.
Namun ada baiknya orang tua berusaha lebih mengerti diri anak dengan menyatakan, "Mama tahu kamu sangat menginginkan mainan itu, tapi mainan yang lama, kan, masih bagus-bagus Sayang."
Baca Juga: Ini Manfaat Madu untuk Anak yang Bisa Dirasakan Bila Rutin Dikonsumsi
2. "Mama cuma bercanda kok!"
Mengungkapkan lelucon kepada anak bisa semakin mendekatkan diri kita dengannya dan ini merupakan usaha yang cukup baik.
Namun, adakalanya beberapa orangtua "menggoda" anaknya dengan mengungkapkan lelucon yang menyinggung perasaannya seperti, "Jangan duduk di kursi itu.
Kamu, kan, gendut, nanti patah lho!" Meski kata-kata itu diungkapkan dengan nada bercanda, akan terasa 'menyakitkan', terutama bagi anak yang sedang beranjak remaja.
Baca Juga: Yuk Kenali dan Pahami Emosi Anak Berdasarkan Perkembangannya
Sebagai orang tua, selayaknya memberikan dukungan dan kasih sayang padanya dengan cara yang lebih dewasa. Tidak perlu memaksa diri untuk lucu di depan anak-anak.
3. "Lihat tuh, kakakmu!"
Membandingkan beberapa anak di keluarga akan membuat dirinya merasa tidak berharga dan selalu di-anak tiri-kan.
Ungkapan di atas tidak efektif untuk mengubah sikapnya yang buruk agar bisa sebaik kakaknya.
Baca Juga: Si Kakak Mulai Senang Ikut-Ikutan Berdandan, Gimana Sikap Kita?
Ungkapan ini hanya akan membuatnya rendah diri dan tidak pede. Bahkan, anak kita akan semakin mengukuhkan dirinya memang berbeda dengan kakaknya, yang dinilai lebih baik itu.
Sebagai orang tua seharusnya bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan anak. Besarkan hatinya jika anak Anda kurang mampu dalam melakukan sesuatu hal.
4. "Mama bilang jangan lari! Ingin jatuh, ya?"
Kesan dari ungkapan ini tampaknya memang kita sangat perhatian pada anak dan berusaha untuk menjaganya agar tidak jatuh.
Baca Juga: Batuk hingga Diare, Waspada! Kenali 13 Gejala Covid-19 pada Anak
Namun, makna yang terkandung dalam ungkapan itu seolah-olah Anda benar-benar menginginkan dia jatuh untuk memberinya pelajaran.
Sebaliknya, dekati anak dan tegurlah dengan lembut, "Kalau ingin lari, kencangkan dulu tali sepatunya, Sayang, supaya enggak terjatuh."
Semakin kita meradang, semakin dia ingin menunjukkan dirinya tak akan terjatuh meski berlari kencang.
Baca Juga: Dianggap Tabu, Begini Tips Membicarakan Topik Menstruasi pada Anak
View this post on Instagram
5. "Kamu dengar Mama tidak?"
Kata-kata yang sering diucapkan dengan bentakan ini mengandung tuhuhan terselubung terhadap diri anak kita.
Jika anak tampak belum merespon apa yang kita inginkan, misalnya segera berganti pakaian sepulang sekolah, kita dapat mengulangi pertanyaan dalam bentuk ungkapan yang lain.
"Kamu tidak mau, kan, badanmu bau karena tidak ganti pakaian?" Usahakan agar tidak membentak jika anak belum juga beranjak dari tempatnya sebagai respons permintaan Anda.
Baca Juga: Mengenal Unschooling, Siapkah ketika Anak Tidak Perlu Sekolah?
Cukup beri peringatan, "Mama ulangi sekali lagi ya, Sayang. Kalau kamu tidak juga ganti pakaian, terpaksa tidak boleh main."
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR