Sebab, menurut Floranita, standar kecantikan itu selalu berubah dan dibuat oleh masyarakat untuk strategi penasaran untuk produk kecantikan dan fashion, bukan lantas berarti orang yang tidak sesuai standar tersebut jadi tidak cantik.
“Pandangan umum tentang standar kecantikan begini-begini, lebih membuka kampanye body positivity. Ketika orang sudah memahami body positivity, kita bahagia, bersyukur, memperlakukan tubuh dengan hormat,” lanjutnya.
Tapi, bila memang tujuan body positivity itu bagus, kenapa sering dianggap toksik?
Baca Juga: Tanpa Disadari, Ternyata 5 Kalimat Ini Mengarah pada Body Shaming
Hanya Menerima Saja
Body positivity sering dianggap toksik lantaran banyak orang masih belum paham tentang kampanye ini.
Memang betul, intinya body positivity itu menerima segala kekurangan dan kelebihan bentuk tubuh.
Tapi, bukan berarti kita hanya menerima saja tanpa melakukan apa-apa.
Baca Juga: Jadi Brand Ambassador Produk Kecantikan, Itzy Kampanyekan Self-Love
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR