“Bukan itu, body positivity itu juga menjaga keseimbangan antara mental dan fisik. Ya, kalau lapar, makan. Kalau capek, ya istirahat. Dengarkan tubuh. Jadi, menerima tubuh dengan kondisi tubuh. Oh, tubuhku tidak kurus banget ataupun curvy,” jelasnya.
Tak hanya soal tubuh saja, Floranita juga tak menampik bahwa orang juga salah kaprah tentang cara mereka menjaga mental.
Lantaran menjalankan gerakan body positivity, ada segelintir orang yang justru memilih ingin berpikiran dan beremosi positif saja.
Baca Juga: Self-Acceptance by #88LoveLife Ungkap Sisi Lain Diana Rikasari
“Emosi itu, kan, sesuatu yang manusiawi dan bersifat netral. Misalnya, ada orang cemas karena besok ujian. Nah, itu wajar, kan? Body positivity itu membuat kita sadar dengan pemikiran dan emosi kita, meskipun itu negatif,” ujarnya.
Sebab, rasanya kalau terus menerus menolak untuk beremosi negatif juga tidaklah baik untuk perkembangan mental kita.
Bisa saja, kita menjadi kurang simpati terhadap diri sendiri dan orang lain, karena tidak mau merasakan emosi negatif.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR