Kikir Vs. Pelit
Saya harus berterus terang pada Anda, Bu X, bahwa kikir, menurut saya levelnya ada di atas pelit. Ini adalah salah satu sifat dasar manusia. Perilaku yang hampir sama tetapi kemasannya lebih positif, adalah hemat.
Akar dari kikir adalah enggan berbagi serta sifat self-centered yang besar. Sementara hemat muncul dari kebiasaan untuk mengalkulasi secara cermat apa saja yang terjadi dalam hidup, termasuk pemakaian uang.
Ketika si kikir bisa mengubah diri menjadi lebih baik, biasanya dia bisa jadi sosok hemat.
Kenapa ke anak-anak dan saudara kandungnya dia bisa mengeluarkan uang dengan mudah? Karena itulah satu-satunya cara yang ia kenal untuk jadi happy.
Uang membuat ia merasa memiliki kuasa, bisa meraih cinta dari orang yang ia inginkan perhatian dan cintanya, serta menghindar dari penolakan anak dan sosok-sosok yang ia beri dengan mudah tadi.
Lalu, bagaimana dengan Anda? Istri biasanya dianggap “properti”, hak milik seperti halnya sepatu, atau barang-barang lain miliknya. Karena itu, tak perlu diperhatikan amat sangat, toh sudah jadi hak milik.
“Kok, tidak enak banget, sih, Bu Rieny.” Mohon maaf, memang demikian biasanya dinamika suami kikir.
Akan tetapi, selain pengalaman hidup di luar negeri, anak-anak punya modal bagus untuk meniti kehidupan kelak.
Anda pasti punya banyak hal yang mau tak mau harus diterima suami sebagai sebuah kenyataan, bahwa Anda punya hal positif. Bahkan di saat ia kepepet, penolongnya adalah Anda.
Hanya saja terlalu besar gengsinya…
Baca Juga: Mendadak Aku Insecure, Apakah Suamiku Membutuhkan Aku dan Anak-Anak?
Penulis | : | Rieny Hassan |
Editor | : | Made Mardiani Kardha |
KOMENTAR