Ayo, segera kembali ke kenyataan. Ibu itu sudah pergi, suami tak juga mencari teman pulang yang lain, selalu kembali ke rumah.
Dia juga jujur bahwa dia tak melakukan hubungan badan dan saat ini malah berani mengambil risiko bahwa Anda akan marah besar. Dia tidak mau jadi ayah pembohong.
Tapi semua overthinking yang negatif akan jadi racun, sayangku.
Tidak Harus Lupa
Anda pasti mengatakan, “Tapi kan benar, nyata, dia dulu begitu..” Iya, saya juga tak minta Anda untuk lupa. Karena, tidak mungkin lupa, memang.
Yang saya minta, menolehlah ke masa lalu hanya untuk benar-benar menggali sisi manfaatnya yang bisa Anda pelajari, agar tidak sampai terjadi lagi.
Kemudian, segera putar kembali diri Anda, seluruhnya—jiwa dan raga—untuk berdiri tegak pada kenyataan bahwa hidup terus berjalan, dan itu arahnya ke depan, tidak ke belakang.
Maka menoleh ke belakang terus menerus, akan menghilangkan peluang Anda untuk membangun kebahagiaan bersama, bertiga—nantinya.
Kehamilan yang diwarnai lebih banyak emosi negatif, sudah terbukti akan menghasilkan bayi yang rewel di trimester pertama.
Ketika Anda tidak tenang, bagaimana Anda akan merespons positif upaya suami untuk membangun kembali rasa percaya Anda?
Tidak mungkin ingatan tentang ini akan hilang,...
Baca Juga: Tanya Jawab Psikologi NOVA: Suamiku Tak Bisa Ereksi Tapi Tukang Selingkuh
Tidak mungkin ingatan tentang ini akan hilang, akan tetapi sangat mungkin untuk mendorongnya jauh-jauh dari ingatan. Sehingga perasaan Anda tak terganggu saat ingatan tentang itu berkelebat lagi.
Bangun Gambaran Seorang Ibu yang Bijak
Bukalah hati Anda untuk melihat upaya suami menebus kesalahan masa lalunya.
Kelak, kalau sudah benar-benar adem, Anda bisa duduk bareng dan membahas bagaimana caranya agar suami tak mudah tergoda.
Mulai sekarang, bangunlah gambaran seorang ibu sekaligus istri yang makin dewasa dan bijak.
Yang bisa membuat suami tak terhambat untuk menceritakan kegelisahannya dan juga mimpi-mimpinya untuk anak yang lama ia tunggu kehadirannya.
Menemukan topik bahasan yang positif bisa membuat Anda makin yakin bahwa Anda berdua memang ditakdirkan bersama-sama, dampaknya lebih besar dibandingkan dengan gaya kekanakan.
Misalnya, “Ayo janji, Mas enggak akan jatuh hati lagi sama perempuan lain!” Ini—maaf— norak menurut saya.
Bahas hal positif yang bisa Anda berdua raih di masa datang dan bukannya menjadikan dia bulan-bulanan dari lunturnya percaya diri Anda.
Harus pede, ya, sayangku, bahwa kita memang berharga untuk dicintai. Saya tidak bosan, kok, kalau Anda surati saya lagi. Salam sayang, eluskan perut buat saya, ya. Hello, baby, cium sayang dari nenek Rieny.(*)
Tulisan ini sudah pernah dimuat di tabloid NOVA, di rubrik Tanya Jawab Psikologi.
(Bila Anda ingin berkonsultasi dengan psikolog Rieny Hassan, silakan kirimkan kisah Anda ke email nova@gridnetwork.id dan tuliskan “Konsultasi Psikologi” pada subjek email. Tuliskan juga nama–boleh nama samaran–dan kota domisili Anda.)
Penulis | : | Made Mardiani Kardha |
Editor | : | Made Mardiani Kardha |
KOMENTAR