Terdengar unik, komunitas yang lahir sejak April 2009 ini digagas oleh sekumpulan pencinta kegiatan petualangan. "Kami ingin agar orang-orang mau mengeksplorasi kota tempat tinggalnya sendiri. Jangan sampai, begitu weekend (wiken) tiba, yang teringat hanya pergi ke mal," kata M. Nofal Kurniawan yang biasa disapa Opang mewakili WTM.
Kendati kegiatannya baru berlangsung di seputar kota Jakarta dan Bogor, tapi cukup banyak peserta yang telah bergabung. Misalnya, dalam acara Acik di Cikini, di mana proses pendaftaran dibuka seminggu sebelum hari H. Acara ini dibatasi maksimal 80 peserta dengan sejumlah iuran. Di hari H mereka langsung bertemu di Gedong Joeang, Cikini. Setelah saling berkenalan, pembagian kelompok pun dilakukan dan petualangan pun dimulai.
Antara lain, mengeksplorasi Gedong Joeang dan sejarahnya, menulis kartu pos khusus buatan WTM yang ditujukan kepada orang terkasih dan mengirimkannya ke kotak pos di depan Kantor Pos Cikini, lalu menyusuri jalan Cikini mulai dari toko roti Tan Ek Tjoan yang melegenda dan berakhir di Planetarium Jakarta, menonton teater bintang bersama.
Nah, selama perjalanan juga digelar lomba foto dan bermain aneka permainan tradisional bersama di pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM). Seru, kan!
Acara-acara yang dibuat WTM terbuka untuk siapa saja dan usia berapa pun. "Mayoritas usia remaja dan dewasa. Beberapa keluarga ada yang mengajak anak bahkan oma-opanya juga ikut."
Menurut Opang, dari hasil obrolan dengan beberapa peserta, ia bersyukur mereka senang dan akhirnya jadi peserta rutin. "Banyak yang jadi punya teman baru dan kesampaian berkunjung ke tempat wisata tertentu, seperti Planetarium."
Namun, "Kami tidak anti mal. Yang terpenting dan ingin ditularkan dari beberapa kali acara WTM adalah masyarakat jadi tahu sebenarnya banyak sekali pilihan tempat berakhir pekan daripada cuma ke mal dan mal lagi."
Agar selalu menarik, tim WTM juga berkolaborasi dengan komunitas lain atau berbagai pihak. Misalnya, saat ke Ragunan ada kegiatan mencari jejak ala Pramuka, bermain permainan tradisional, dan melukis tong sampah. Juga menghadirkan komunitas SIOUX, Lembaga Studi Ular Indonesia. Mereka mengajak peserta "bermain" bersama ular langsung di kandang ular.
Lalu ada acara "Menuai Sajak di Kebun Raya" (Februari 2010 bersama Sapardi Djoko Damono), "Ngider-ngider Sampai Keder" (Kampung Betawi Setu Babakan).
WTM percaya, di dalam weekend yang sehat, terdapat weekdays yang sehat. Dan seiring berjalannya waktu, "Kami sepakat memposisikan 'Wiken Tanpa ke Mal' sebagai sebuah gerakan berupa ajakan kepada masyakarakat untuk mengisi akhir pekan dengan ide kreatif tanpa mesti ke mal," pungkas Opang.
Ade Ryani HMK, Henri Ismono
KOMENTAR