Untuk mengalihkan rasa kangennya, bungsu dari lima bersaudara ini rajin membaca dan merajut, hobinya selama ini. Selama ditahan, ia berhasil menyelesaikan kaus kaki bayi untuk keponakannya dan sebuah dompet yang dipakai bergantian oleh ketiga kakak perempuannya.
Tepuk Tangan
Begitulah, akhirnya Prita jadi tahanan kota dan boleh pulang ke rumahnya. Usai menyelesaikan urusan administrasi, ia pamit ke teman-teman sesama penghuni lapas dan keluar dari selnya sambil membawa dua tas plastik.
Bersama suami dan kakak-kakaknya, Prita langsung menuju ke rumah kontrakannya di kawasan Bintaro. Senyum terus menghiasi wajah Prita. "Tadi, waktu saya telepon minta ditunggu karena akan pulang, Ananta dan Aya langsung melompat-lompat senang. Katanya, 'Kalau Bunda pulang, Ananta mau minta diajak naik busway.' Saya memang pernah janji."
Tiba di rumah menjelang pukul 19.00, Ananta dan Aya sudah berdiri di depan pintu, menyambut sang bunda. Saking bahagianya, mereka bertepuk tangan melihat ibunya turun dari mobil. Prita langsung memeluk dan menciumi mereka sambil menangis. Ia juga minta maaf pada anaknya karena sudah berbohong pada mereka.
Ibu dan anak ini lalu masuk kamar dan bermain bersama. "Rasanya senang sekali bisa berkumpul lagi dengan mereka. Berat juga perjuangan agar Aya mau dekat lagi dengan saya karena dia sudah terlalu lama enggak ketemu ibunya. Setelah saya lepas jilbab, baru dia mengenali saya dan pelan-pelan mau didekati," tutur Prita sambil menggendong si bungsu.
Rabu malam yang indah itu, Prita seakan tak mau membuang waktu sedetik pun tanpa kedua anaknya. Anak-anak pun dengan manjanya minta didongengkan sebelum tidur. "Itu memang kebiasaan yang kami lakukan setiap hari," katanya.
Meski malam itu ia hanya tidur sekitar dua jam dan esoknya harus menghadiri sidang pidana pertamanya, Prita merasa beban hidupnya sudah banyak berkurang. "Saya tak mau lagi kehilangan waktu bersama keluarga seperti saat ditahan. Ini pula yang akan saya jadikan prioritas."
Soal pekerjaan? "Saya bersyukur dan berterimakasih, perusahaan mau memahami keadaan dan tetap menerima saya sebagai karyawan. Saya juga berterima kasih pada semua pihak yang sudah memberi banyak dukungan. Tanpa mereka, saya belum tentu bisa keluar dari tahanan seperti ini."
Meski jujur mengaku kecewa dan kesal, ia tidak membenci RS Omni. "Secara pribadi, saya memaafkan mereka. Ini kuasa Tuhan. Sampai akhirnya saya masuk penjara pun, memang ini jalan hidup saya." Selain kebaikan Tuhan, menurut Prita, yang membuatnya kuat menjalani semua ini adalah kesadaran bahwa ia masih diperlukan anak-anaknya. "Juga dukungan luar biasa dari suami saya, Andri."
Andri, kata Prita, sampai harus membolos kerja demi mengurus banyak hal sejak ia ditahan. Terutama mengurus permohonan perubahan status tahanan. "Belum lagi ia harus menjaga anak-anak dan menjenguk saya di sini. Saya punya suami yang sangat hebat!" ujar Prita tersenyum bahagia.
Suami Sangat Hebat
Meski dirasa tak memberatkan, Andri mengakui, perjuangannya tiga minggu belakangan ini cukup melelahkan. "Apalagi anak-anak di rumah sering mendadak rewel tanpa sebab sejak bundanya ditahan. Mungkin karena ikatan batin anak dan ibunya, ya," ujar Andri.
Ketika ia pulang ke rumah pada hari pertama Prita ditahan, "Mata mereka terlihat begitu kecewa. Saya bilang, bundanya sedang sakit dan tidak bisa pulang."
Tugas Adri memang tak ringan. Selain mengurus anak-anak, pria berperawakan kurus tinggi ini juga harus memberi dukungan moral bagi istrinya. Menjenguk sambil membawakan pakaian dan makanan kesukaan Prita, adalah hal rutin yang dilakukannya di samping tetap bekerja dan sibuk mengurus berkas-berkas Prita agar bisa keluar dari tahanan. "Saya harus menjaga agar secara mental saya tidak down menghadapi semua itu. Alhamdulillah, semua itu ada hasilnya sekarang."
Tak berlebihan jika Prita menyebutnya, "Suami yang sangat hebat!"
Hasuna Daylailatu
KOMENTAR