* Meniru orang tua yang perfeksionis
Menurut Tisna, banyak hal yang bisa membentuk anak menjadi perfeksionis. Yang paling utama, orang tua perfeksionis akan menciptakan anak perfeksionis pula. Prosesnya berhubungan erat dengan perilaku anak yang paling menonjol saat balita, yakni kekuatan peniruan. Anak akan meniru dari lingkungannya, terutama lingkungan terdekat, seperti orang tua dan keluarga.
* Dituntut selalu berdisiplin tinggi
Selain itu, sejak anaknya masih bayi, orang tua perfeksionis biasanya menerapkan berbagai aturan yang kaku dan harus selalu dipenuhi. Hal inilah yang menurut Tisna juga berpengaruh terhadap pembentukan sikap anak yang perfeksionis. Contohnya penerapan kedisiplinan, pukul 6 pagi anak harus sudah bangun, pukul 7 makan pagi, pukul 9 tidur, pukul 12 makan siang, dan seterusnya. "Waktu yang terjadwal dan tidak boleh mulur sedikit pun akan memperkuat anak untuk berperilaku yang memupuknya menjadi perfeksionis."
Bila orang tua meminta anak untuk mematuhi segala peraturan dan tidak boleh sedikit pun melanggarnya, maka wujud perfeksionis akan muncul dengan sendirinya. Belum lagi dengan hal lain, misalnya harus selalu menjaga kebersihan kamar, harus bisa melakukan sesuatu sendiri sejak kecil, harus makan dengan posisi yang terbaik, dan segala macam peraturan lain yang harus dilakukan anak.
* Dituntut tanggung jawab di luar kemampuan usia
Asal tahu saja, anak yang terlalu dituntut bertanggung jawab terhadap hal-hal di luar kemampuan usianya, secara tidak langsung juga dibentuk berperilaku perfeksionis. Misalnya, anak usia 3 tahun harus bisa menjaga dan melindungi adiknya yang masih bayi, harus bisa membeli telur di warung, harus bisa membereskan tempat tidur sendiri, dan sebagainya. Lambat laun, karena terbiasa dengan berbagai tanggung jawab, sikap perfeksionis itu akan semakin terpupuk.
* Selalu menerima kritik
Demikian pula dengan orang tua yang terlalu banyak mengkritik. Anak akan berusaha tampil atau menghasilkan sesuatu sesempurna mungkin demi menghindari kritikan dan memenuhi kemauan orang tuanya. Contoh kecil, ketika anak tidak mampu mengikat tali sepatunya, orang tua mengkritik, "Masak begitu saja tidak bisa!"
Bila anak melakukan kesalahan, kemudian berbagai teguran diterimanya, ia akan ketakutan dan berusaha melakukan tugasnya dengan benar. Dengan kata lain, ia tidak akan berhenti mengerjakan atau meminta sesuatu sampai dia merasa terpuaskan.
Irfan
KOMENTAR