TabloidNova.com - Beragam cara ditemukan dan dilakukan urang Bandung secara kreatif untuk meningkatkan perekonomian mereka. Bukan hanya dari kalangan masyarakat, melainkan juga pemerintah kota Bandung. Salah satu program pemkot yang digelar setiap malam Minggu, Culinary Night, menawarkan ragam kuliner khas Bandung.
Culinary Night (CN), menurut Kepala Dinas Pariwisata Bandung Herlan Joeliawan Soemardi (43), digelar untuk kian memantapkan julukan kota Bandung sebagai kota kuliner yang beragam. Ide membuat program CN, menurut Herlan, muncul setelah diadakannya Braga Festival. Acara yang dikunjungi ribuan orang itu menawarkan beragam produk, namun belum ada kulinernya.
"Nah, warga menyarankan agar ada stan kuliner," ujar Herlan.
Saran itu ditangkap dan direalisasikan Walikota Bandung Ridwal Kamil dengan menggelar festival khusus kuliner yang kemudian disebut Culinary Night setiap malam Minggu di Jalan Braga, mulai sore hingga pukul 23.00. Pertama diadakan pada Februari silam, pengunjung CN ternyata membludak.
"Setiap kali acara ini digelar, pengunjung selalu padat. Lalu, Pak Ridwan berinisiatif untuk mengadakannya di setiap kecamatan. Apalagi, ada pertanyaan dari warga, mengapa hanya di Braga," tutur Herlan.
Ridwan pun menginstruksikan agar CN diadakan di tiap kecamatan. Kini setiap malam Minggu CN digelar di beberapa tempat, bahkan bisa lima kecamatan sekaligus. Setiap lokasi selalu ramai, mencapai lebih dari 10.000 pengunjung. Saat acara diadakan bertepatan dengan ulangtahun Bandung beberapa waktu lalu, pengunjungnya tercatat sampai 30.000 orang.
"Kami senang CN sukses. Sukses sebagai ajang silaturahmi dan ajang pemberdayaan masyarakat yang mengisi tenant. Ini jadi program pemerintah untuk masyarakat Bandung, agar tetap bisa bertahan bukan hanya dari sisi kulinernya, melainkan juga kreativitasnya. Semua forum event organizer yang ada di Bandung kami ajak untuk membuat hal-hal baru yang sifatnya kreatif, agar pengunjung tidak jenuh. Misalnya, tempat pertunjukan dibuat tanpa panggung tinggi," imbuhnya.
Menariknya, yang menjadi panitia CN di setiap lokasi adalah warga setempat, sedangkan pemerintah hanya memfasilitasi dan mengawasi jalannya CN. Di ujung-ujung jalan yang menjadi lokasi CN memang selalu tampak beberapa polisi berjaga.
"Secara swadaya, kami mengajak pengusaha-pengusaha lokal untuk ikut berkontribusi, misalnya untuk membayar seniman yang tampil," ujar Herlan yang bergabung dengan Dinas Pariwisata Bandung lewat lelang jabatan,
Untuk mengakomodir warga sekitar, panitia menggratiskan biaya sewa stan mereka yang berjumlah sekitar 50-60 persen dari seluruh stan. Sisanya tenant dari luar yang membayar sewa secara bervariasi, antara Rp250 ribu-Rp400 ribu. Para tenant, juga menangguk untung. Ada yang dalam waktu setengah jam setelah dibuka langsung habis, ada yang untung Rp 2 juta-Rp 10 juta setiap ikut Culinary Night.
"CN juga jadi cara kami meningkatkan indeks kebahagiaan warga, karena di sini ada sajian pertunjukan seni budaya," ujar Herlan sambil menambahkan, setiap kecamatan punya ciri khas sendiri. CN di Braga, misalnya, ada payung di atas gerbang selamat datang. Sekaligus memberikan kesempatan masyarakat berfoto selfie di situ.
Kesuksesan CN rupanya menarik perhatian media untuk meliput bahkan termasuk stasiun teve di Inggris dan Tiongkok yang kagum dengan antusiasme pengunjung. Ternyata, kabar tentang CN sudah mulai mendunia.
Hasuna Daylailatu
FOTO-FOTO: NOVA/DANIEL SUPRIYONO
KOMENTAR